Dengansengaja pintu dalam game ini dibuat persis menyerupai pintu ka'bah. dengan maksud, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menghina kita semua umat islam, karena telah menyembah sarang setan (ka'bah). Game Yang Menghina Islam Selain itu, terlihat lafadz Allah pada ukiran pintu di game ini. MENCELA AGAMA ISLAM KARENA MARAH, SALAH UCAP ATAU TIDAK SENGAJATidak diragukan lagi istihza’ menghina agama Islam, menghina Allâh Azza wa Jalla , menghina Rasûlullâh, menghina al-Qur’an atau syari’at Islam adalah perbuatan dosa besar yang bisa menyeret pelakunya menjadi kafir dan dihukumi murtad. Namun, bagaimana jika ucapan penghinaan itu terucapkan dalam kondisi sangat marah atau terlontar karena salah ucap atau tidak bermaksud menghina? Apakah tetap dihukumi murtad?Berikut kami bawakan jawaban Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di DALAM KEADAAN MARAH Jika ucapan penghinaan itu terucapkan dalam kondisi sangat marah sehingga membuatnya tidak menyadari ucapannya bahkan tidak menyadari dimana dia sedang berada, maka ketika itu ucapannya tidak berkonsekuensi hukum. Orang ini tidak dijatuhi vonis murtad atau kafir. Karena ucapan itu terlontar begitu saja, tanpa ia sadari dan tanpa ada kesengajaan untuk mengucapkannya. Semua ucapan yang terlontar begitu saja tanpa diawali dengan keinginan dan kesengajaan, maka Allâh Azza wa Jalla tidak akan menyiksa orang yang berucap dengan sebab ucapannya itu. Allâh Azza wa Jalla berfirmanلَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌAllâh tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud untuk bersumpah, tetapi Allâh menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang disengaja untuk bersumpah oleh hatimu. dan Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyantun [Al-Baqarah/2225]Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla berfirmanلَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَAllâh tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud untuk bersumpah, tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja QS. Al-Maidah/589Namun, jika seseorang merasa dirinya sudah mulai emosi dan marah, seyogyanya dia segera menurunkan tensi amarahnya dengan wasiat Rasûlullâh n ketika ada seseorang yang berkata kepada Beliau Shallallahu alaihi wa sallam , “Berilah wasiat kepadaku!” Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaلاَ تَغْضَبْJanganlah kamu marah! Beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengulangi beberapa kali, “Janganlah kamu marah!”Hendaklah dia menjaga dirinya, dengan memohon perlindungan kepada Allâh Azza wa Jalla dari segala bisikan syaitan yang terkutuk. Jika dia emosi dalam keadaan berdiri, segeralah duduk. Jika dia dalam posisi duduk, hendaklah segera berbaring. Jika emosi kian membara, lawanlah dengan berwudhu’.Langkah-langkah di atas bisa menghilang kemarahan dari seseorang. Jika tidak, penyesalanlah yang akan menghampiri. Betapa banyak orang yang didera rasa sesal yang begitu mendalam setelah melampiaskan kita semua senantiasa dalam perlindungan Allâh Azza wa Jalla .ISTIHZA TANPA TUJUAN MENCELA ATAU ISTIHZA KARENA SALAH UCAP Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ketika ditanya tentang orang yang tidak sengaja mencela agama atau salah ucap, antara hati dan lidahnya berbeda, beliau t menjelaskan, “orang yang mencela agama maka dia telah kafir, baik dia benar-benar memang sengaja mencela ataupun hanya sekedar untuk bergurau, kendatipun dia masih menganggap dirinya seoang Mukmin. Sejatinya dia sudah bukan Mukmin lagi. Bagaimana dia mengaku beriman kepada Allâh Azza wa Jalla , kitab-Nya, rasul-Nya dan agama-Nya sementara ia melakukan celaan terhadap agama-Nya?Bagaimana dia mengaku beriman, sementara lisannya mencela agama yang Allâh Azza wa Jalla jelaskan dalam firman-Nyaوَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًاDan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [Al-Mâidah/53]Allâh Azza wa Jalla juga berfirman tentang Islam iniوَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَBarangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. [Ali Imrân/385]Juga berfirmanإِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُSesungguhnya agama yang diridhai disisi Allâh hanyalah Islam. [Ali Imrân/319]Orang yang sengaja mengucapkan kata celaan terhadap agama ini, baik dia bersungguh-sungguh untuk mencela ataupun sekedar untuk bersenda gurau, maka dia telah kafir, keluar dari agama Islam. Dia wajib bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla .Alhamdulillah, agama ini telah sempurna, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًاPada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [Al-Maidah/53]Agama ini juga merupakan karunia teragung dari Allâh Azza wa Jalla untuk para hamba-Nya, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla di ada seseorang yang mencelanya, meskipun sekedar bergurau, maka dia dihukumi kafir. Dia wajib bertaubat, menarik diri dari semua yang dia perbuat dan kembali mengagungkan agama ini dalam hatinya, sehingga dia beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla dengannya dan tunduk kepada Allâh Azza wa Jalla dengan menjalankan syari’at agama mengenai orang yang salah ucap sabqun lisan, misalnya, dia ingin memuji agama ini, tapi dia salah ucap, justru yang terucap kalimat celaan, maka orang yang seperti ini tidak hukumi kafir. Karena dia tidak sengaja mengucapkan celaan itu, berbeda dengan orang yang sengaja mengucapkan kalimat celaan, meskipun untuk tujuan bergurau. Orang yang sengaja berucap ini sudah ada niatan dalam hatinya untuk mengucapkannya, sehingga hukumnya disamakan dengan orang yang memang benar-benar mencela. Sedangkan yang tidak sengaja berucap, tidak terbetik dalam hatinya untuk mengucapkannya, sehingga ketika terucap kata celaan, maka celaan itu tidak hadits shahih dijelaskan tentang sebuah kisahلَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ، مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ، فَأَيِسَ مِنْهَا، فَأَتَى شَجَرَةً، فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا، قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا، قَائِمَةً عِنْدَهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا، ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِSungguh Allâh Azza wa Jalla lebih bahagia dengan taubat seorang hamba ketika dia bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla dibandingkan kebahagiaan yang dirasakan oleh seseorang yang sedang berada disebuah tanah tandus gurun, lalu hewan tunggangannya itu hilang, padahal bekal makanan dan minumannya berada pada hewan tersebut. Akhirnya ia berputus asa. Lalu dia mendatangi sebatang pohon, dia berbaring dibawah bayangan pohon tersebut dalam keadaan putus asa. Ketika dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba hewan tunggangannya yang carinya itu ada didekatnya. Melihatnya, dia bergegas memegang tali kekang hewan tunggangannya itu kemudian karena sangat bahagianya, dia mengatakan, “Wahai Allâh! Engkaulah hambaku dan akulah Rabbku.” Dia salah ucap karena saking gembiranya.”[1]Orang ini tidak disiksa, karena ucapan yang terlontar tidak sengaja diucapkan, terlontar begitu saja karena terlalu gembira. Ucapan seperti ini tidak membahayakan orang yang harus membedakan antara sengaja atau tidak sengaja mengucapkan dengan sengaja atau tidak sengaja menghina. Karena dalam masalah ini, para pencela itu terbagi menjadi tiga tingkatanOrang yang sengaja mengucapkan dan sengaja mencela. Ini dia berarti benar-benar mencela, sebagaimana celaan yang dilakukan para musuh Islam terhadap yang sengaja mengucapkan kalimat celaan tapi tidak bermaksud mencela, misalnya untuk tujuan candaan, bukan bermaksud mencela. Orang seperti ini hukumnya sama dengan orang yang pertama. Dia dihukumi kafir, karena apa yang dia lakukan itu adalah penghinaan dan yang tidak sengaja mengucapkan kalimat celaan, apalagi bermaksud mencela. Celaan yang keluar dari mulutnya, terlontar begitu saja, tanpa ada niatan mencela sama sekali. Orang yang seperti inilah yang tidak akan disiksa karena ucapannya yang terlontar. Allâh Azza wa Jalla berfirmanلَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌAllâh tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud untuk bersumpah, tetapi Allâh menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang disengaja untuk bersumpah oleh hatimu. dan Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyantun [Al-Baqarah/2225]TAUBAT ORANG YANG MELAKUKAN PENCELAAN Perbuatan istihzâ’ pencelaan terhadap agama Allâh Azza wa Jalla , atau mencela Allâh dan Rasul-Nya atau mencela dua-duanya adalah perbuatan kufur yang menyebabkan pelaku murtad keluar dari agama Islam. Namun meski demikian, kesempatan bertaubat tetap terbuka bagi orang yang melakukan penistaan tersebut. Allâh Azza wa Jalla berfirmanقُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُKatakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Az-Zumar/3953]Jika seseorang yang telah melakukan perbuatan apa saja yang bisa menyebabkan dia murtad lalu dia bertaubat dengan taubat nasuha yang memenuhi lima syarat, maka taubatnya akan diterima oleh Allâh Azza wa Jalla .Lima syarat taubat itu adalah Pertama; Ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla dalam taubatnya. Maksudnya, yang mendorong dia untuk bertaubat itu bukan riya’ supaya dilihat orang, sum’ah supaya didengar orang, bukan pula karena takut kepada makhluk ataupun mengharapkan dunia. Jika dia mengikhlas taubatnya untuk Allâh Azza wa Jalla dan yang mendorongnya untuk bertaubat adalah ketakwaannya kepada Allâh Azza wa Jalla , takut terhadap siksa-Nya dan keinginan untuk meraih pahala dari-Nya, itu berarti dia benar-benar telah Menyesali perbuatan dosa yang telah dia lakukan. Dia mendapati rasa sesal dan perasaan sedih yang mendalam atas perbuatan buruk yang telah dia lakukan dan menganggapnya sebagai sebagai kesalahan besar yang harus dia singkirkan dari Berhenti dari perbuatan dosa, yaitu dengan tidak melanjutkan perbuatan dosa perbuatan dosa itu berupa perbuatan meninggalkan kewajiban, maka dia harus bergegas melakukan kewajiban tersebut dan berusaha mengganti yang telah lewat, jika perbuatan dosa itu berupa melakukan perbuatan yang diharamkan, maka dia harus berhenti dan menjauhkan diri perbuatan dosa itu terkait dengan hak sesama manusia, maka dia harus menunaikan hak itu atau meminta kerelaan orang yang memiliki hak itu untuk Bertekad kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu di masa-masa yang akan Taubat itu dilakukan saat pintu taubat masih terbuka. Jika pintu taubat sudah tertutup, artinya masanya sudah terlewatkan, maka taubatnya tidak akan diterima. Tertutupnya pintu taubat itu ada dua; ada yang bersifat umum dan bersifat bersifat umum yaitu ketika matahari terbit dari arah barat. Ketika itu terjadi, maka taubat dari siapapun tidak akan diterima. Allâh Azza wa Jalla berfirmanهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ ۗ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًاYang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat kepada mereka untuk mencabut nyawa mereka atau kedatangan siksa Rabbmu atau kedatangan beberapa ayat Rabbmu beberapa tanda kedatangan hari kiamat. Pada hari datangnya ayat tanda kiamat itu dari Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. [Al-An’am/6158]Sedangkan yang bersifat khusus yaitu ketika ajal telah datang. Ketika kematian sekaratul maut mendatangi seseorang, maka taubatnya ketika itu tidak bermanfaat sama sekali. Allâh Azza wa Jalla berfirmanوَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًاDan tidaklah taubat itu diterima oleh Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan yang hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, barulah ia mengatakan, Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’ dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. [An-Nisa’/418]Menurut syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah , sesungguhnya jika seseorang bertaubat dari dosa apa saja, meskipun itu dosa akibat mencela agama, maka taubat akan diterima, jika telah memenuhi syarat-syarat yang disebutkan di bermanfaat[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XX/1437H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] HR. Muslim, no. 2747 Home /A5. Penghina Agama dan.../Mencela Agama Islam Karena...

Murtadatau keluar dari agama Islam merupakan satu jenayah besar dalam Islam; Ia dianggap kufur yang paling jijik dan keji, malah lebih keji dari kufur biasa, kerana orang murtad dianggap menghina agama Islam, iaitu menghina Allah S.W.T dan Rsulullah S.A.W. Sebab itu, orang murtad mesti dijatuhkan hukuman bunuh setelah disuruh bertaubat beberapa kali sedangkan dia tetap tidak mahu bertaubat.

Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang tidak ada celah apapun padanya. Kitab ini mulia dan merupakan kitab yang berisi firman Allah. Allah pun menantang orang-orang yang tidak beriman pada Al Quran untuk membuat yang serupa dengannya, namun tidak akan ada seorang pun yang mampu. Hal ini membuktikan betapa sempurna dan agungnya kitab Al Quran ini. Tidak hanya itu, Al Quran juga merupakan petunjuk utama bagi setiap muslim dalam menjalani hidupnya. Di dalamnya berisi banyak perintah dan larangan serta hikmah yang bisa kita ambil sebagai panduan hidup kita. Baca juga Dasar Hukum IslamBukankah panduan hidup merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus kita jaga? Maka tidak heran jika kita sebagai umat Islam tidak akan rela jika Al Quran kita dihinga oleh orang lain. Namun, seperti apa sih penghinaan itu? Batas-batas apa yang menjadikan sesuatu tersebut sebagai penghinaan pada Al Quran? Baca juga Keutamaan Menjaga Lisan dalam IslamPenghinaan dalam Bahasa Arab memiliki istilah al istihza’. Istilah ini juga memiliki arti konotasi sakhira atau dalam Bahasa Indonesia berarti melecehkan. Perbuatan al istihza’ ini memiliki arti pelecehan atas pihak yang dilecehkan dengan disertai tujuan atas pelecehannya. Atau dalam arti lain, tindakan ini dilakukan dengan sadar dan bukan tidak jugaSumber Syariat IslamSumber Pokok Ajaran IslamFungsi Al-Quran dalam KehidupanFungsi As-sunnah Terhadap Al-QuranFungsi Hadist terhadap Al-QuranMelihat begitu pentingnya Al Quran, maka tidak heran bahwa setiap muslim wajib memuliakan dan mengimaninya. Bahkan, beriman pada Al Quran merupakan salah satu rukun iman umat Islam, dimana jika kita meninggalkannya maka tidak sempurna pula keislaman kita. Menurut kesepakatan para ulama, siapa pun yang menghina Al Quran, terlebih menghina atau mengatakan bahwa isi Al Quran terdapat kebohongan, maka orang tersebut bukan Islam atau telah keluar dari Islam. Baca juga Murtad Dalam IslamImam an Nawawi menyatakan dalam At Tibyan fi Adaabi Hamaalatil Qurán’, “Para ulama telah bersepakat akan wajibnya menjaga Mushaf Al Quran dan memuliakannya.” Para ulama mazhab Syafií juga berkata dalam kitab Asna’ al Mathalib, “Jika ada seorang muslim melemparkan Al Quran ke tempat kotor, maka dihukumi kafir.” Lebih jauh lagi, mereka juga berkata, “Haram hukumnya menjadikan Al Quran sebagai bantal”. Baca juga Hukum Menghina Allah Dalam HatiAl Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW sebagai rahmatan lil aalamiin. Menghina Al Quran merupakan sebuah perbuatan dosa besar. Dalam surat At Taubah ayat 65 hingga 66, “Jika kamu bertanya kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, Sungguh, kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, Mengapa kepada Allah, ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kalian selalu menistakan? Kalian tidak perlu meminta maaf karena kalian telah kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu lantaran mereka taubat, niscaya Kami akan mengazab golongan yang lain disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa’”Dari ayat di atas, terdapat beberapa tafsir atau kesimpulan yang diungkapkan oleh para ulama. Seperti Imam Ibn Qudamah al Maqdisi berkata, “Siapa saja mencaci Allah SWT telah kafir, sama saja dilakukan dengan bercanda atau serius. Begitu juga orang yan mengejek Allah, ayat-ayat-Nya, para Rasul-Nya atau kitab-kitab-Nya”. Sementara itu, al Hafizh Abu Zakariya Yahya bin Syarf al Nawawi juga berkata dengan tegas bahwa, “Ragam perbuatan yang menjatuhkan seseorang pada kekafiran adalah yang muncul dengan sengaja dan menghina agama Islam secara terang-terangan”. Selain itu, masih berkaitan dengan ayat di Surat at Taubah di atas, al Qadhi Iyadh menegaskan, “Ketahuilah, siapa saja yang meremehkan Al Quran, mushafnya atau bagian dari Al Al Quran, atau mencaci-maki Al Quran dan mushafnya, maka ia kafir murtad menurut ahli ilmu dengan konsensusnya”.baca jugaMencari Ketenangan dalam IslamHukum Bacaan Al-qur’anManfaat Baca Al-quran Setiap HariCara Menjaga Hafalan Alqur’anCara Cepat Membaca Al QuranHukuman Bagi Penghina Al QuranMengingat tindakan menghina Al Quran ini termasuk dosa besar, tentu ada hukuman yang patut diberikan untuk pelakunya. Hukuman yang diberikan bagi seseorang yang menghina Al Quran pun termasuk hukuman yang berat. Jika seseorang tersebut merupakan seorang muslim, maka dia bisa mendapat hukuman mati, sama dengan hukuman seseorang yang murtad. Jika penghina Al Quran tersebut merupakan non-Muslim Ahli Dzimmah, maka dia harus diberi hukuman berat hingga seberat hukuman mati. Sementara itu, jika penghina Al Quran tersebut merupakan non-Muslim yang bukan Ahli Dzimmah, maka pemimpin akan memperhitungkan hukumannya dengan tetap memprioritaskan kehormatan dan kepentingan Islam dan kaum jugaDosa Besar dalam IslamDosa yang Tak TerampuniKeutamaan Surat Al MulkKeajaiban Al-Qur’an di DuniaManfaat Membaca Al Qur’an bagi Ibu HamilDi dalam Al Quran disebutkan bahwa orang-orang yang meragukan kebenaran Al Quran termasuk ke dalam golongan orang yang merugi di dunia dan akhirat, baik dirinya beragama Islam maupun bukan. Hal ini disebut dalam Surat al Kahfi ayat 103-106, “Katakanlah maukah kami kabarkan orang-orang yang paling merugi amalannya? Yaitu mereka orang-orang yang sesat dalam kehidupan dunia tetapi mereka mengira sedang berbuat kebaikan. Mereka itulah orang-orang yang kafir dengan ayat-ayat Tuhan mereka dan pertemuan dengan-Nya. Maka hapuslah amalan mereka dan kami tidak akan menimbang amalan mereka pada hari kiamat. Demikianlah balasan untuk mereka dengan Jahanam atas kekafiran mereka dan sikap mereka yang menjadikan ayat-ayat kami dan rasul sebagai olok-olok.” Selain dalam Surat Al Kahfi di atas, Allah SWT juga berfirman dalam surat At Taubah ayat 12, “Jika mereka merusak sumpah janjinya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar supaya mereka berhenti”. Dari ayat ini, kita mengetahui bahwa Allah SWT menyebut orang kafir yang mencerca dan melecehkan agama Islam bukanlah orang kafir biasa yang bisa kita biarkan. Bahkan, menurut al Hafizh al Qurthubi, sebagian ulama berdalil dengan ayat ini tentang kewajiban untuk memberi hukuman mati kepada setiap orang yang mencerca agama Islam karena ia telah jugaBahaya Islam LiberalKufur dalam IslamCara Cepat Menghafal Juz AmmaHubungan Akhlak dengan ImanHukum Bacaan TajwidOleh karena itu, segala bentuk penghinaan atau pelecehan terhadap agama Islam dan segala syiarnya sama saja dengan ajakan berperang. Tindakan ini akan membahayakan keutuhan dan persatuan umat Islam. Maka, pelaku penghinaan itu haruslah diberi tindakan tegas oleh Muhammad sendiri sebagai kepala negara Islam pernah memaklumkan perang terhadap Yahudi Bani Qainqa’. Hal ini disebabkan kaum Yahudi ini telah merusak atau menodai kehormatan seorang Muslimah pada saat itu. Nabi Muhammad pun mengusir kaum Yahudi ini keluar dari Madinah karena dianggap mereka telah melanggar perjanjian dengan itu, Khalifah al Mu’tashim juga pernah mengerahkan puluhan ribu pasukan muslim untuk memberi tindakan tegas kepada orang Kristen Romawi yang melakukan perbuatan buruk kepada seorang Muslimah. Orang Kristen Romawi ini diperangi sampai-sampai 30 ribu pasukan Kristen tewas, sementara 30 ribu yang lainnya ditawan oleh pasukan penghinaan atas seorang muslimah saja tidak bisa dibiarkan, apalagi penghinaan atau pelecehan terhadap Al Quran? Dengan hukum yang setara dengan di atas, maka dimaklumkan untuk siapapun yang menghina Al Quran untuk diperangi. Maka, bagi siapapun orang yang pernah mengingkari atau menghina Al Quran, maka segeralah untuk bertaubat kepada Allah. Allah telah berjanji akan mengampuni dosa siapapun yang bertaubat dengan taubatan nasuha, bahkan jika orang tersebut merupakan orang kafir sebelumnya. Hal ini disebutkan dalam Surat Al Anfal ayat 38, “Katakanlah kepada orang-orang kafir, jika mereka berhenti dari kekafirannya makan akan diampunkan dosa-dosa mereka yang telah lalu”.Baca jugaSyarat-Syarat TaubatShalat TaubatCara Taubat NasuhaKeutamaan Ayat Seribu DinarFadhilah Surat YasinSebagai seorang muslim, maka kita wajib untuk menjaga Al Quran, memuliakannya dan menghormatinya. Al Quran merupakan pegangan hidup kita sebagai umat Islam yang wajib kita jaga dan bela kehormatan serta kemuliaannya. Jika kita melihat atau mendengar ada seseorang atau sekelompok orang yang mencerca atau menghina Al Quran, maka pantaslah kita merasa sakit hati dan kita harus tetap ingat untuk menjaga respon yang kita berikan, jangan sampai lebih banyak mendatangkan mudharat daripada manfaat. Kita juga harus yakin bahwa Allah pasti menjaga Al Quran, seperti pada firman-Nya, “Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al Quran dan Aku yang akan menjaganya” Al Hijr 9. Maka, apapun usaha kita untuk menjaga dan menghormati Al Quran, pastilah ada Allah yang bersama kita. Tentu hal ini lebih dari cukup untuk menguatkan dan menjamin kemenangan kita atas para penghina Al Quran.
\n \n \n\n \n \ntidak sengaja menghina allah dalam hati
Janganmau dibodohi oleh Setan Kebencian." Kemudian dia melanjutkan, "Tidak ada orang muslim, umat Nabi Muhammad SAW - apalagi yang sehari-hari melakukan dakwah menyampaikan sabda Nabinya - sengaja menghina Nabinya sendiri. Jaga akal sehat. Jangan tunduk pada Setan Kebencian dan Iblis Adu domba," pungkasnya.

Seluruh umat Islam tidak memiliki perbedaan pendapat mengenai mencela Allah merupakan kufur dan orang yang sudah mencela serta menghina Allah subhanahu wa ta’ala hukumnya adalah dibunuh. Hal yang menjadi bahan perdebatan adalah diterima atau tidaknya pertaubatan yang dilakukan, apakah pertaubatan tersebut menghalangi hukuman pancung atau tidak dan sebagainya. Dalam hal ini, para ulama memiliki dua pendapat yang paling dikenal. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya mengenai hukum menghina Allah dalam terkaitBersumpah Dalam IslamFitnah Dalam IslamSyirik Dalam IslamPamer Dalam IslamSifat Sombong Dalam IslamMencela dan Menghina Adalah Jenis Menyakiti TerbesarAllah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan mela’natinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. * Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” QS. al-Ahzab57-58Menyakiti atau menghina Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal ini tidak berarti membahayakan Alaah, namun menyakiti yang dibagi menjadi dua jenis berbeda yaitu menyakiti yang membahayakan dan juga menyakiti yang tak membahayakan dan juga tidak ada sesuatu hal apapun juga yang bisa membahayakan Allah subhanahu wa ta’ sebuah hadits qudsi, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ““Wahai hamba-hamba -Ku, sesungguhnya kalian tidak akan bisa membahayakan -Ku lalu kamu membahayakan -Ku dan seterusnya…”Allah subhanahu wa ta’ala juga sudah mengutuk bagi orang yang menyakiti atau menghina-Nya meskipun di dalam hati untuk di dunia dan juga di akhirat. La;n atau kutukan merupakan pengusiran hamba daripada rahmbat dan ayat tersebut memperlihatkan atas dijauhkannya ia dari dua rahmat yakni rahmat dunia dan juga di akhirat sementara yang tak terusir dari dua rahmbat tersebut kecuali orang yang kafir pada Allah subhanahu wa ta’ hal tersebut sudah sangat jelas jika Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan sesudah itu orang yang menyakiti orang beriman, pria dan wanita dan tidak menyebutkan kutukannya dalam dunia dan juga akhirat, sebab manusia tidak dianggap sebagai kafir apabila saling menghina dan menyakiti antara satu sama lain dengan cara mengutuk, menuduh, mencela dan sesungguhnya ia adalah tuduhan dan menghina Allah subhanahu wa ta’ala merupakan kufur diatas kekufuran dan ia ada diatas kekafiran dari para peyembah berhala sebab penyembah berhala mengagungkan batu karena mereka mengagungkan Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka ini tidak menurunkan keagungan dari Allah subhanahu wa ta’ala sehingga mereka menyamakan diri-Nya dengan batu dan sesungguhnya mereka juga meninggikan derajat batu sehingga menyamai Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh sebab itu, orang kafir berkata sesudah mereka masuk dalam neraka.“Demi Allah sungguh kita dahulu di dunia dalam kesesatan yang nyata, * karena kita mempersamakan kamu dengan Rabb semesta alam”. terkaitSifat Marah Dalam IslamRamalan Menurut IslamHukum Mendengarkan Musik Dalam IslamHukum Onani Menurut IslamHukum Merokok Dalam IslamSiapapun orang yang menghina Allah subhanahu wa ta’ala, berarti ia sudah menempatkan Allah subhanahu wa ta’ala pada derajat dibawah batu dengan mencela-Nya, sementara orang musyrik tidak mencela sembahan mereka meskipun sambil bermain sebab mereka mengagungkan-Nya dan oleh karena alasan inilah mereka mencela orang yang janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.. QS. al-An’aam108Para Ulama sudah sepakat jika orang yang mencela Allah subhanahu wa ta’ala akan dihukum dengan cara dibunuh sebab ia sudah kafir dan tidak dianggap lagi sebagai seorang muslim sesudah dihukum bunuh. Ini mengartikan jika seorang muslim tidak akan dishalati, tidak akan dimandikan, tidak akan dikafani dan tidak akan dikuburkan dalam kuburan muslim dan juga tidak ada seorang pun yang boleh mendoakan sebab ia bukan lagi seorang ada seseorang yang menghina Allah maka wajib hukumnya untuk dibunuh serta tidak perlu lagi diminta untuk melakukan pertaubatan terlebih dulu, sebab jika ia sudah benar – benar bertaubat maka ini menjadi urusan batinnya dengan Allah subhanahu wa ta’ala saat nanti ia akan menghadap-Nya. Apakah nanti Allah subhanahu wa ta’ala akan menetapkan keadilan-Nya atau memberi pengampunan-Nya. Adapun seseorang yang menghina lalu segera melakuan pertaubatan sekaligus memperlihatkan taubatnya sebelum diketahui dan ditangkap, maka taubatnya bisa diterima sebab sudah terjadi kejujuran yang terihat dari ini sama halnya dengan orang kafir yang sudah masuk ke dalam Islam secara ikhlas meski sebelumnya mereka sudah mengaku jika mereka sudah menghina Allah subhanahu wa ta’ala. Menghina atau mencela Allah subhanahu wa ta’ala sendiri dibedakan menjadi dua macam yakni mencela atau menghina secara langsung seperti menghina, meremehkan, melaknat dan mencemooh Dzat-Nya dan mencela atau menghina secara tidak langsung seperti mencela ciptaan dan juga makhluk Allah yang sudah diatur sendiri oleh-Nya dan tidak ada campur tangan makhluk lain didalamnya seperti mencela waktu, zaman, bulan, menit, hari, bintang dan peredarannya dan terkaitHukum Suami Tidak Menafkahi Istri Dalam IslamHukum Anak Tiri Dalam Islam dan KedudukannyaHukum Khitan Bagi PerempuanHukum Memelihara JenggotHukum Memakai JilbabPenjelasan Para Ulama KhilafBerikut penjelasan dari para ulama terkait hukum menghina Allah SWT di dalam hati, antara lainMenurut Imam Malik dan juga Laits bin Sa’id, jika orang tersebut tidak diterima taubatnya, maka hal ini konsekuensinya sama dengan konsekuensi seseorang yang sudah menghina Rasul SAW dan sudah wajib hukumnya untuk di Abi Ya’la Saif Abi Ja’Far dan juga Ibnu Uqail berkata jika seseorang yang sudah menghina dan mencaci Allah, maka sudah wajib hukumnya untuk diminta atau diperintah untuk melakukan pertaubatan. Apabila ia melakukan taubat maka taubat tersebut akan diterima sebab kedudukannya serupa dengan kafir biasa atau masuk ke dalam bentuk murtad yang masih dapat dhapuskan dengan jalan taubat.“Penjelasan ulama kedua ini berdasarkan dari ayat di dalam surat Al Maidah ayar 74, “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan, bahwasannya Allah itu salah satu dari tuhan tuhan yang tiga trinitas…hingga firman Allah…Maka, mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya?”. QS. Al Maidah 73-74.Artikel terkaitHukum Semir Rambut Warna HitamHukum Minum Alkohol Tidak SengajaHukum Menyikat Gigi Saat Puasa Hukum Wanita BercadarHukum Mencukur Alis Dalam IslamHadits Tentang Menghina Allah Dalam HatiApabila seseorang sengaja mencela Dzat yang sudah menciptakan dan mengatur peredaran baik dalam hati ataupun diungkapkan, maka ada dalam sebuah hadits dalam Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu yang berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda , “Allah ta’ala berfirman Anak adam menyakiti-Ku dengan ucapannya Sungguh zaman membinasakanku, maka janganlah kalian mengucapkan Sungguh zaman membinasakanku, sesungguhnya saya Pencipta zaman, membolak-balikkan malam dan siangnya, dan jika Aku berkehendak maka Aku akan menghentikannya”.Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam”. QS At-Takwir 29.“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. QS At-Takwir 40“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan” QS Az-Zumar 67“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. QS Al-Ahzab 57-58.Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, “Mencaci-maki Allah Ta’ala dan rasul-Nya adalah tindakan kufur secara lahir dan batin, entah pelakunya itu masih percaya bahwa tindakannya itu haram, benar-benar menghalalkannya, ataupun karena lalai.”Ibnu Rahawaih Rahimahullah berkata, “Seluruh kaum muslimin sepakat bahwa orang yang mencaci Allah Ta’ala dan rasul-Nya adalah kafir, meskipun dia masih percaya kepada kitabullah Al-Qur`an.”Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya terhadap orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan adzab yang menghinakan bagi mereka. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” QS. Al-Ahzaab 57-58Ibnu Quddamah Rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mencaci Allah Ta’ala, maka dia telah kafir, baik itu dilakukan dalam keadaan bergurau atau tidak.”Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…”QS. At-Taubah 65-66Artikel terkaitHukum Menyambung RambutHukum Membaca Yasin di KuburanHukum Zina TanganHukum Mengeluarkan Air Mani Dengan SengajaRiya Dalam IslamMenghina agama Islam, menghina agama Allah Ta’ala, menghina Allah Ta’ala dari Rasul-ya merupakan tindakan yang mampu mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita semua menghindari dan menjauhi sikap yang demikian supaya tidak mendapat dosa dan mendapatkan siksa.

Didalamagama Islam, Allah sangat melarang seorang muslim untuk menghina, mencela ataupun mengejek orang lain walaupun dalam kontek bercanda sekalipun. Hukum menghina orang lain dalam islam bisa dilihat dari QS. Al-Hujurat ayat 11 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh

Apakah hukum was-was dengan kewujudan Tuhan dan kebenaran agama Islam? Dalam artikel ini, saya melampirkan jawapan yang pernah dijawab oleh Ustaz Azhar Idrus dihalaman facebook beliau. Semoga bermanfaat SOALANApakah hukumnya jika datang dalam hati rasa ragu atau was-was tentang Tuhan atau agama Islam sedangkan kita bukan sengaja nak fikir seperti itu?Adakah boleh mensyirikkan kita kerana kerap juga ada terlintas seperti itu? JAWAPANLintasan yang bukan disengajakan yang menjadikan seorang itu teragak-agak atau ragu tentang Tuhan contohnya atau tentang kebenaran agama Islam dan yang seumpamanya adalah datang dari was-was syaitan yang disebut sebagai khatir syayatin. Orang yang datang lintasan seperti itu tidak berdosa dan tidak diambil kira dengannya dan ia tidak menyebabkan seorang itu kufur kerana bukan kesengajaan darinya hanya ia cubaan syaitan untuk merosakkan iman orang Islam. Berkata Syeikh Nawawi Perkara kufur yang berlaku sebagai was-was di dalam hati seseorang itu tidak mengkufurkannya kerana sungguhnya was-was itu bukanlah azam seseorang. Maka was-was tersebut adalah setengah dari perkara yang diuji akan seseorang yang mengalaminya.” Kitab Mirqatul Su’ud At-Tasdiq Hendaklah orang yang diwas-waskan dengan keraguan seperti itu selalu ingat akan Allah dan membaca isti’azah ketika datang was-was dan elakkan dari melayan was-was tersebut kerana syaitan suka seorang itu berbicara dengannya. Wallahua’lam Ustaz Azhar Idrus Sumber asal kepada jawapan ini boleh dilihat pada Facebook Ustaz Azhar Idrus pada pautan ini Suka Apa Yang Anda Baca? Daftarkan nama dan email anda untuk mendapatkan panduan dan perkongsian berkualiti terus ke inbox anda secara PERCUMA!

Suatuketika Allah SWT memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis agar menghadap Baginda Rasul saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disuka maupun yang dibencinya. Hal ini dimaksudkan
KasihAllah berbanding lurus dengan keadilan Allah. Allah tidak senang dengan manusia yang terus hidup dalam ketidakkudusan setelah diselamatkan. (2). Allah menyelidiki hati manusia. Apabila orang percaya "sengaja" hidup berdosa semaunya karena alasan sudah diselamatkan, maka Tuhan Yang Maha Kudus tidak akan tinggal di dalam hati manusia
Ibrani10. 10:1 Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan n saja dari keselamatan o yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. p Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan 1 , hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan q mereka yang datang mengambil bagian r di dalamnya. 10:2 Namunkali ini kita tidak akan membahas sepatu atau sandal yang berlogokan mirip lafadz Allah, tetapi yang akan dibahas kali ini adalah game yang menghina Islam. Game adalah salah satu hiburan yang sangatdigemari orang , apalagi remaja dan anak-anak. Ibrani10:19-39. 10:19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian 1 p dapat masuk ke dalam tempat kudus, q 10:20 karena Ia telah membuka jalan r yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, s yaitu diri-Nya sendiri, 10:21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar t sebagai kepala Rumah Allah. u 10:22 Karena itu HpWk.
  • 7xihtirhty.pages.dev/53
  • 7xihtirhty.pages.dev/450
  • 7xihtirhty.pages.dev/866
  • 7xihtirhty.pages.dev/345
  • 7xihtirhty.pages.dev/242
  • 7xihtirhty.pages.dev/65
  • 7xihtirhty.pages.dev/973
  • 7xihtirhty.pages.dev/184
  • 7xihtirhty.pages.dev/726
  • 7xihtirhty.pages.dev/402
  • 7xihtirhty.pages.dev/575
  • 7xihtirhty.pages.dev/880
  • 7xihtirhty.pages.dev/510
  • 7xihtirhty.pages.dev/253
  • 7xihtirhty.pages.dev/535
  • tidak sengaja menghina allah dalam hati