Posted on 27/03/2022 In QnA Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio Leave a comment “Tidak taat” adalah kata yang sering dilontarkan bahkan dengan kasar oleh orang tua kepada anaknya yang menurut perspektif orang tua, si anak melawan mereka. Kata yang sering dilontarkan ini didasarkan pada konsep yang salah tentang menghormati orang tua di mana menghormati orang tua identik dengan menaati orang tua dan selalu menganggap orang tua dan pandangannya pasti benar bahkan melebihi Allah. Bahkan beberapa orang tua “Kristen” mengutip ayat Alkitab di Keluaran 2012, “Hormatilah ayahmu dan ibumu” sebagai ayat favorit untuk mengindoktrinasi anak-anak mereka. Apa definisi yang benar dari menghormati orang tua dan aplikasinya menurut Alkitab? Definisi Orang Tua Menurut Alkitab Sebelum merenungkan menghormati orang tua, kita perlu memahami siapakah orang tua menurut Alkitab. Di poin pertama, kita belajar bahwa menurut Alkitab, orang tua bukan Allah. Artinya orang tua adalah salah satu otoritas yang Allah berikan kepada manusia. Di Keluaran 2012, Allah berfirman kepada umat Israel untuk menghormati orang tua. Menariknya, kalau kita memperhatikan sepuluh perintah Allah, perintah kelima yaitu ayat 12 merupakan perintah pertama dari relasi antar sesama manusia dan perintah pertama dari relasi antar sesama manusia ini hanya dijelaskan di 1 ayat, sedangkan menyembah Allah dijelaskan mulai dari perintah 1-4 ay. 3-11. Ini merupakan indikasi bahwa di dalam memberi perintah-Nya, Ia menempatkan diri-Nya sebagai yang terutama, baru setelah itu manusia dalam hal ini orang tua. Manusia yang disebut pertama kali oleh Allah adalah orang tua. Ini berarti Allah memberi otoritas kepada orang tua untuk dihormati. Apa artinya? John Durham menafsirkan bahwa orang tua adalah alat Allah John I. Durham, Exodus, 291. Sebagai alat Allah, orang tua harus memimpin anak-anak mereka bukan untuk menyembah dan mengasihi orang tua, tetapi menyembah dan mengasihi Allah Ul. 64-5. Di PB, Paulus juga mengajar konsep yang sama yaitu anak-anak harus menaati orang tua “di dalam Tuhan” Ef. 61. Karena orang tua bukan Allah, maka konsekuensi logisnya adalah orang tua merupakan manusia berdosa yang bisa salah baik dalam berkata maupun bertindak. Kesalahan ini bisa terjadi karena mereka mungkin kurang taat pada firman Allah. Oleh karena itu, berhentilah menjadi orang tua yang selalu melabeli anaknya “suka membantah” ketika anak berbeda pendapat dengan orang tua. Membantah tidak sama dengan berbeda pendapat. Anak dapat disebut membantah orang tua ketika orang tua memberi nasihat yang bijaksana, Alkitabiah, benar, dan logis, kemudian anaknya tidak peduli dengan nasihat tersebut bahkan sengaja melakukan apa yang bertentangan dengan nasihat tersebut tanpa alasan yang logis. Namun ketika orang tua memberi nasihat kepada anaknya tentang sesuatu entah dengan alasan maupun tanpa alasan dan anaknya tidak menyetujui nasihat itu dengan alasan yang logis lebih logis dari alasan orang tua, maka ketidaksetujuan si anak tidak dapat dikategorikan sebagai “membantah,” tetapi tidak setuju. Meskipun bisa bersalah dalam berkata maupun bertindak, Alkitab menjelaskan bahwa orang tua diberi mandat oleh Allah sebagai hamba sekaligus wakil-Nya. Apa artinya? Di Mazmur 1273, Firman Tuhan mengajar kita bahwa anak adalah pemberian Allah dan otomatis milik-Nya. Karena anak adalah milik Allah, maka konsekuensi logisnya adalah orang tua adalah hamba Allah yang “tidak mempunyai hak kepemilikan terhadap anak-anak mereka” R. Paul Stevens, Spiritualitas yang Membumi, 46. Meskipun bukan milik mereka, Allah mempercayakan otoritas kepada orang tua sebagai alat atau wakil-Nya yang mempertanggungjawabkan milik-Nya. Beberapa orang tua “Kristen” juga memahami bahwa diri mereka adalah wakil Allah, namun mereka memahami wakil Allah identik dengan Allah di mana semua keinginan mereka harus ditaati mutlak sama seperti menaati firman Allah. Paul David Tripp mengingatkan, “Otoritas yang Anda miliki adalah otoritas sebagai wakil Allah. Wakil Allah tidak memiliki otoritas kepada dan dari dirinya sendiri. Ia punya otoritas hanya karena ia merepresentasikan seorang Raja yang punya otoritas” Paul David Tripp, Bijak Menjadi Orang Tua, 131. Bagaimana cara orang tua menjadi wakil Allah? Pertama, orang tua berperan sebagai perantara yang “membawa anak-anak kepada Allah” yaitu memimpin anak-anak untuk menyembah dan mengasihi Allah lebih dari mengasihi orang tuanya Ul. 64-7 Stevens, Spiritualitas yang Membumi, 47. Selain itu, orang tua juga memimpin anak-anak untuk menggenapkan rencana Allah di dalam kehidupan anak-anak. Tripp mengingatkan kita kembali, “Pengasuhan yang merupakan tugas orang tua sebagai wakil Allah bukanlah dibentuk dan diarahkan oleh minat pribadi, kebutuhan pribadi, dan perspektif budaya. Setiap orang tua diutus untuk melakukan kehendak Allah dalam kehidupan anak-anak mereka. Artinya, dalam bentuk nyata, mengasuh bukan apa yang kita inginkan bagi dan dari anak-anak kita, tetapi apa yang Allah rencanakan dalam anugerah melalui kita kepada anak-anak kita” Tripp, Bijak Menjadi Orang Tua, 12. Dengan kata lain, orang tua diberi mandat oleh Allah untuk mendidik anak-anak mereka untuk percaya kepada Allah, mengasihi-Nya, dan menggenapkan panggilan dan kehendak-Nya bukan kehendak orang tua di dalam kehidupan anak-anak. Cara Menghormati Orang Tua Menurut Alkitab Definisi yang tepat tentang siapa orang tua menurut Alkitab mendorong kita menghormati orang tua dengan tepat menurut Alkitab. Cara menghormati orang tua yang tepat menurut Alkitab, yaitu Pertama, tunduk mutlak kepada firman Allah dan terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus. Sebagai komunitas umat Allah, anak harus tunduk mutlak kepada firman-Nya dan terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus. Mengapa hal ini penting? Karena tips terpenting menghormati/menaati otoritas yang Allah berikan didahului dengan ketaatan mutlak kepada Allah yang memberi otoritas tersebut. Ketaatan mutlak ini mendorong kita menguji perkataan/tindakan orang tua kepada kita. Ketika kita menguji, kita perlu memohon pimpinan Roh Kudus untuk memahami firman-Nya sekaligus bijaksana bersikap terhadao perkataan atau tindakan orang tua. Kedua, menganggap orang tua kita adalah otoritas yang Allah berikan, namun terbatas. Di satu sisi, orang tua sebagai pemegang otoritas dari Allah memiliki kedudukan yang setara dengan otoritas lainnya seperti guru, bos, polisi, dll, namun tentu saja Allah memberi otoritas khusus kepada orang tua untuk mendidik dan mengajar anak-anaknya setiap waktu di mana tugas ini tidak dapat dilakukan oleh guru/dosen apalagi polisi. Meskipun Allah sudah memberi otoritas kepada orang tua, otoritas tersebut terbatas dalam arti anak boleh tidak menaati orang tua. Dalam hal apa kita sebagai anak boleh tidak menaati orang tua? Kita akan membahasnya di bagian terakhir. Ketiga, bersedia menaati perkataan atau tindakan orang tua yang benar secara Alkitabiah dan logis, namun siap menolak untuk taat jika perkataan atau tindakan orang tua melawan Alkitab dan tidak logis. Meskipun orang tua bisa salah, namun jangan lebay, lalu menganggap semua yang mereka katakan atau lakukan itu salah semua. Ketika ada perkataan atau tindakan mereka yang benar, kita sebagai anak harus rendah hati mengakui bahwa itu benar. Setelah itu, kita uji lagi, apakah perkataan atau tindakan mereka yang benar itu benar-benar penting atau tidak. Jangan asal benar, lalu ditaati. Kalau yang mereka katakan atau lakukan kepada kita itu benar dan benar-benar penting, kita harus belajar menaatinya, meskipun sulit. Kalau yang mereka katakan atau lakukan kepada kita benar, tapi tidak benar-benar penting, kita boleh sesekali menaati dan sesekali tidak menaati. Namun jika perkataan atau tindakan orang tua benar-benar salah, maka kita harus berani menolak, tetapi penolakan kita bukanlah penolakan yang kasar dan meremehkan, sebaliknya penolakan kita bisa kita lakukan dengan diam mendengar dan tidak melakukan atau hanya berkata “tidak”. Semuanya tergantung karakter orang tua kita. Bagaimana cara kita menguji perkataan atau tindakan orang tua kita? Pertama, Alkitab prinsip-prinsipnya. Kedua, tanya mbah Google atau buku/artikel ilmiah atau/dan tanyakan kepada ahlinya. Misalnya, ketika orang tua menasihati kita untuk berhati-hati secara ekstrem paranoid terhadap bahaya Covid-19, kita harus mengujinya dengan membandingkannya dengan prinsip Alkitab bertanggung jawab dan tidak terlalu kuatir dan buku-buku atau artikel ilmiah di Google atau/dan bertanya kepada teman/saudara atau sesama jemaat yang berprofesi sebagai dokter tentang Covid-19 dan bahayanya. Keempat, bersikap sopan kepada orang tua. Karena orang tua adalah otoritas yang Allah berikan, namun terbatas, maka Alkitab mengajar kita untuk bersikap sopan terhadap orang tua yang ditandai dengan tidak memandang rendah, memukul, dan mengutuk mereka Kel. 2115, 17; Im. 209; Ul. 2716; Ams. 2020. Kelima, siap menanggung biaya hidup orang tua kita semampu kita. Salah satu cara menghormati orang tua adalah seperti tradisi Yahudi yaitu memberi dukungan keuangan bagi orang tua yang sudah lanjut usia Mat. 154-6. Namun tentu saja menanggung biaya hidup orang tua disesuai dengan kemampuan keuangan kita. Keenam, berkomitmen untuk mengajar dan mengingatkan diri kita sendiri sebagai anak untuk tidak mengulangi perkataan/tindakan orang tua kita yang salah kepada anak kita kelak. Ketika orang tua kita terlalu memanjakan kita, maka mungkin sekali kita akan terpengaruh memanjakan anak kita kelak, tetapi mintalah Roh Kudus mengingatkan dan mengajar kita untuk menghentikan itu karena sikap demikian tidak Alkitabiah. Allah yang mengasihi umat-Nya bukan Allah yang memberi apa pun yang mereka minta, tetapi memberi apa yang mereka perlu untuk memuliakan Allah. Batasan Menghormati Orang Tua Menurut Alkitab Meskipun Alkitab mengajar tentang pentingnya menghormati orang tua, Alkitab mengajar kita bahwa anak boleh tidak menaati orang tua ketika Pertama, orang tua melawan firman Allah. Di Efesus 61, Paulus mengajar anak untuk menaati orang tua “di dalam Tuhan.” Mengapa Paulus mengajar hal ini? Di dalam kebudayaan Yunani-Romawi yang menjadi latar belakang penerima surat Efesus, anak wajib mengasihi, menghormati, menafkahi, menguburkan, dan memuliakan orang tua setelah kematian Frank Thielman, Ephesians, 396. Bahkan orang tua harus dihormati sebagai dewa duniawi Andrew T. Lincoln, Ephesians, 401. Dengan konteks inilah, Paulus mengadopsi kebudayaan Yunani-Romawi tentang pentingnya anak menghormati orang tua, namun bedanya dengan Kekristenan adalah “di dalam Tuhan.” Artinya anak dan orang tua sama-sama anggota komunitas kovenan di dalam Kristus, sehingga anak menghormati orang tua dalam batasan yang jelas yaitu firman Kristus yang mengontrol orang tua dan anak S. M. Baugh, Ephesians, 505. Kedua, si anak masih belum menikah. Ketika si anak masih single atau belum menikah, maka ia wajib menghormati bahkan menaati orang tua selama orang tua tersebut memimpinnya menaati firman-Nya. Namun ketika si anak sudah menikah, maka ia tetap menghormati orang tua hanya sebatas tidak membentak atau mengutuk mereka tanpa harus menaati semua nasihat orang tua. Inilah yang membedakan Kekristenan dengan agama-agama lain. Mengapa ada pemisahan seperti ini? Alkitab sendiri ngajarin kita secara konsisten bahwa laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu dengan istrinya Kej. 224; Mat. 195; Ef. 531. Apa artinya “meninggalkan”? Apakah laki-laki yang menikah harus pisah rumah dengan orang tuanya? Belum tentu meskipun saya sarankan lebih baik pisah rumah. Alasannya di dalam pernikahan Israel, pengantin pria tetap tinggal di atau dekat rumah orang tuanya, sedangkan pengantrin wanita yang meninggalkan rumah untuk bergabung dengan suaminya. Oleh karena itu, Gordon J. Wenham menafsirkan “meninggalkan” di sini merujuk pd prioritas. Sebelum menikah, pria akan memprioritaskan orang tuanya, namun setelah menikah, ia akan lebih memprioritaskan istrinya Gordon J. Wenham, Genesis 1-15, 70. Konsep ini juga diajarkan Paulus di mana ia mengajarkan dua macam otoritas yang Allah berikan di dalam keluarga yaitu suami-istri Ef. 522-33 dan anak-orang tua 61-4. Ini berarti otoritas suami berbeda dengan otoritas orang tua. Meskipun si suami merupakan anak dari orang tua, suami tetap harus menjalankan perannya sebagai suami bagi istri yang mengasihi dan terikat dengan istri 525, 31. Alkitab dengan tegas mengajarkan Allah adalah otoritas mutlak dalam hidup orang Kristen dan Ia memberi otoritas lainnya kepada manusia, yaitu orang tua, pendeta/hamba Tuhan, guru atau dosen, polisi, hakim, dll, namun ingatlah otoritas-otoritas tersebut adalah otoritas turunan dari Allah, bukan otoritas mutlak. Oleh karena itu, tempatkan Allah di tempat yang tepat yaitu terutama dalam hidup kita dan orang tua di tempat kedua di bawah Allah. Amin. Photo by 𝔥𝔦𝔩𝔩𝔞𝔯𝔶 𝔭𝔢𝔯𝔞𝔩𝔱𝔞 on Unsplash
Caramenghormati orang tua yang tepat menurut Alkitab, yaitu: Pertama, tunduk mutlak kepada firman Allah dan terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus. Sebagai komunitas umat Allah, anak harus tunduk mutlak kepada firman-Nya dan terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus. Mengapa hal ini penting? Honoring parents is a commandment from God that all mankind must carry out. This study aims to determine the true meaning of honouring parents and what practical action looks like. To answer the formulation of this problem, the researchers used a research method with a qualitative approach, namely, a method that looks for a deep meaning about the text, and extracts from several books or journals related to the problem. From the results of the discussion, honour for parents is an attitude that must be carried out throughout life through obedience, not insulting or criticizing and don't say harshly, as well as an attitude that nurtures, cares for and meets their needs. And God's promise for those who keep this law is a long life, happiness and a good condition, namely prosperity physically and spiritually. ABSTRAKMenghormati orang tua adalah perintah Tuhan yang harus dilaksanakan oleh semua umat manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arti yang sebenarnya secara biblika dari menghormati orang tua dan seperti apa tindakan praktisnya. Untuk menjawab rumusan masalah ini, maka peneliti melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu, metode yang mencari arti yang mendalam tentang teks, dan menggali dari beberapa buku atau jurnal yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dari hasil pembahasan maka menghormati orang tua merupakan sikap yang harus dilakukan sepanjang umur hidup melalui sikap taat, tidak menghina atau mencela dan tidak berkata kasar, juga sikap yang memelihara, merawat dan mencukupi kebutuhan mereka. Dan janji Tuhan bagi orang yang melaksanakan hukum ini adalah panjang umur, kebahagiaan dan memiliki keadaan baik yakni kemakmuran secara jasmani dan rohani. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 80 Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Evangelikal Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN 2548-7868 print, 2548-7558 online Availabel at DOI Sikap Hormat Anak Terhadap Orang Tua Berdasarkan Prinsip Alkitab Yanto Paulus Hermanto, Christine, Guntur Hari Mukti, Christopher Santoso, Yonas Pasiran Ady Prayitno Sekolah Tinggi Teologi Kharisma Bandung Email yantopaulush ABSTRACT Honoring parents is a commandment from God that all mankind must carry out. This study aims to determine the true meaning of honouring parents and what practical action looks like. To answer the formulation of this problem, the researchers used a research method with a qualitative approach, namely, a method that looks for a deep meaning about the text, and extracts from several books or journals related to the problem. From the results of the discussion, honour for parents is an attitude that must be carried out throughout life through obedience, not insulting or criticizing and don't say harshly, as well as an attitude that nurtures, cares for and meets their needs. And God's promise for those who keep this law is a long life, happiness and a good condition, namely prosperity physically and spiritually. Keywords honour, obedient, nurture, parents, blessings ABSTRAK Menghormati orang tua adalah perintah Tuhan yang harus dilaksanakan oleh semua umat manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arti yang sebenarnya secara biblika dari menghormati orang tua dan seperti apa tindakan praktisnya. Untuk menjawab rumusan masalah ini, maka peneliti melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu, metode yang mencari arti yang mendalam tentang teks, dan menggali dari beberapa buku atau jurnal yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dari hasil pembahasan maka menghormati orang tua merupakan sikap yang harus dilakukan sepanjang umur hidup melalui sikap taat, tidak menghina atau mencela dan tidak berkata kasar, juga sikap yang memelihara, merawat dan mencukupi kebutuhan mereka. Dan janji Tuhan bagi orang yang melaksanakan hukum ini adalah panjang umur, kebahagiaan dan memiliki keadaan baik yakni kemakmuran secara jasmani dan rohani. Kata kunci Hormat, taat, memelihara, orang tua, berkat Article History Submitted 06 Oktober 2020 Revised 20 Januari 2021 Published 30 Januari 2021 PENDAHULUAN Keberhasilan dalam hidup adalah dambaan setiap orang, baik orang yang mapan dalam ekono-mi, mempunyai keluarga harmonis, kuat secara ro-hani, maupun berhasil dalam kehidupan kini dan ke-hidupan yang akan datang. Seperti yang dikatakan Collier bahwa setiap orang menghendaki kesuksesan dalam hidupnya, keberhasilan dalam segala bidang termasuk dalam bidang ekonomi. Setiap orang meng-inginkan kesenangan, kenyamanan, kesehatan, ke-kuasaan dan kebahagiaan Collier, 2018. Bagi umat Tuhan yang mengasihi-Nya, Tuhan berjanji akan memberkati anak-anak-Nya. Se-bagaimana yang dijanjikan-Nya kepada Abraham, bahwa melalui keturunannya semua bangsa akan mendapat berkat. Meskipun janji ini tidak secara langsung digenapi pada jaman Abraham, namun janji ini digenapi oleh keturunannya, yakni Yesus Kristus. Melalui-Nya semua bangsa diberkati. Se-mua orang akan mendapatkan beberapa berkat dari-Nya, dan sebagian orang akan mendapatkan semua berkat-Nya Henry, Hidup anak Tuhan akan diberkati sesuai dengan janji-Nya kepada Abraham, janji itu digenapi dalam Yesus dan tetap berlaku sampai sekarang. Yang harus dilakukan anak Tuhan agar janji itu di-genapi dalam hidupnya adalah; Satu, rajin bekerja F. Simanjuntak, 2019. Dua, pelajari firman Tuhan. Hermanto, et al., Sikap Hormat Anak Terhadap Orang Tua Berdasarkan Prinsip Alkitab 81 Tiga, lakukan firman Tuhan Basuki, 2014. Ketiga hal ini harus dilakukan dengan setia dan dengan sikap mengasihi Tuhan dan sesama. Leks mengata-kan bahwa para rabi Yahudi membenarkan bahwa penting sekali mempelajari Taurat, tetapi lebih pen-ting lagi jika orang tersebut melakukannya. Injil ber-bicara bukan hanya tentang mendengar dan mempe-lajari sabda Yesus akan tetapi harus dilaksanakan se-cara nyata Leks, 2012. Salah satu janji Tuhan tentang memiliki ke-adaan baik dan berbahagia tertuang dalam beberapa ayat di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Keluaran 2012, TUHAN memiliki tujuan yang mu-lia dengan memberi perintah kepada orang Israel un-tuk menghormati orang tua. Tujuannya adalah supa-ya mereka lanjut umur di tanah yang diberikan kepa-da mereka. Dalam Ulangan 516 tujuan TUHAN bu-kan saja lanjut umur, tapi juga memiliki keadaan yang baik Mary, 2020. Hal ini dipertegas dalam Perjanjian Baru bahwa tujuan Tuhan memerintah umat-Nya dalam menghormati orang tua adalah su-paya mereka lanjut umur dan berbahagia Ef. 62-3. Perintah menghormati orang tua wajib dilakukan oleh umat-Nya. Menghormati orang tua adalah hu-kum Allah dari zaman ke zaman yang wajib dilaku-kan oleh umat manusia. Hukum ini penting, karena memiliki sebuah janji. Henry mengungkapkan bahwa kemakmuran lahiriah dan umur panjang ada-lah berkat-berkat yang dijanjikan kepada orang-orang yang menaati hukum ini. Berkaitan dengan uraian pendahuluan ini maka masalah penelitian dalam jurnal ini adalah bagaimana sikap hormat anak terhadap orang tua berdasarkan Alkitab? Tindakan praktis apa yang da-pat dilakukan sebagai sikap menghormati orang tua? Berbeda dengan peneliti sebelumnya yang hanya fo-kus pada bagaimana orang tua mendidik anak, dan bagaimana hubungan orang tua dan anak Sulistiana, 2018, serta bagaimana makna menghormati orang tua dan menghormati orang yang lebih tua Wardani & Uyun, 2017. Jadi karya tulis ilmiah ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dengan de-mikian penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam pembinaan warga jemaat di berbagai gereja. METODE Untuk menjawab masalah di atas, maka pe-neliti melakukan penelitian dengan pendekatan ku-alitatif. Mengumpulkan semua buku dan jurnal yang membahas mengenai menghormati orang tua, se-hingga diharapkan dapat menemukan jawaban yang tepat dan benar sesuai dengan maksud dari firman Tuhan. Baik tentang pengertian menghormati orang tua maupun tindakan-tindakan praktis yang menun-jukkan pengertian tersebut. Adapun manfaat peneli-tian ini untuk memberikan pemahaman berdasarkan data, supaya anak-anak Tuhan dapat memahami arti “menghormati orang tua†dan menerapkan dalam kehidupannya. Dan kegunaan dari penelitian ini ter-diri dari dua, yaitu dari sisi teoritis akan memberi-kan pemahaman yang akurat dan teruji secara teo-logis mengenai “Menghormati orang tuaâ€. Sedang-kan, dari sisi praktis, melalui penulisan karya ilmiah ini, “sikap menghormati orang tua†diharapkan men-jadi masukan yang berguna bagi orang percaya, yaitu bahwa jika seorang anak menghormati orang tuanya dengan cara yang benar maka ia akan me-nerima janji Tuhan yaitu lanjut usia dan baik keada-annya berbahagia. Alkitab merupakan sumber utama dalam karya tulis ilmiah ini, sehingga arti sesungguhnya dari menghormati orang tua benar-benar diperoleh dari penggalian firman Allah, baik melalui tafsiran Alkitab maupun hasil dari para peneliti sebelumnya. Dengan demikian akan diperoleh gambaran yang je-las dan utuh terkait jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang secara umum keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak, yang tinggal dalam satu rumah. Mereka menjalin komunikasi satu dengan yang lain dengan kebiasaan yang sudah tertanam lama Putri, 2017. 82 Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Orang Tua Berdasar Alkitab Prince menjelaskan bahwa, bersatunya dua orang yang berlawanan jenis dalam suatu pernikahan akan membentuk sebuah keluarga. Dan pada akhir-nya mereka menjadi orang tua yang memiliki anak-anak Prince, Perkawinan ini tentunya meru-pakan ide Tuhan. Semua peraturan perkawinan ter-masuk tujuan akhirnya ditentukan oleh Dia. Dengan perkawinan, Tuhan mengadakan penyatuan antara satu laki-laki dan satu perempuan. Tetapi Alkitab melandaskan bahwa hanya ada satu landasan untuk penyatuan yang benar antara manusia, laki-laki dan perempuan yakni kasih. Alkitab menggambarkan perkawinan sebagai bersatunya dua orang satu laki-laki dan satu perempuan dengan meninggalkan ke-dua orang tua mereka Kej. 224. Jadi kunci perka-winan adalah dua kata meninggalkan dan bersatu. Kesatuan sejati antara seorang laki-laki dengan istri-nya disebut keluarga utuh dalam lingkup perjanjian yang telah ditetapkan Tuhan. Ketika mereka diberi karunia memperoleh keturunan, mereka inilah yang dipercaya Tuhan untuk mendidik dan merawat anak tersebut dari sejak kandungan hingga besar dan man-diri Prince, Anak yang ditempatkan dalam sebuah ke-luarga harus dirawat, dididik dan diajar, karena anak yang masih kecil belum mengerti hal yang baik dan tidak. Dengan berjalannya waktu, anak mulai ber-kembang dan bisa memahami tentang konsep baik dan buruk, benar dan salah, melalui lingkungannya. Agar anak mempunyai tingkah laku yang baik, anak perlu diberikan adanya suatu petunjuk atau ajaran. Menurut Eliman petunjuk atau ajaran merupakan pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan peme-cahan permasalahan. Petunjuk dan ajaran ini bertu-juan membantu si penerima agar bertambah kemam-puan bertanggung jawab atas dirinya Eliman, 2017. Ajaran ini berupa didikan. Pendidikan dalam keluar-ga memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk emosi, sikap, dan perilaku. Kehidupan dalam keluar-ga merupakan tempat pertama kali bagi anak dalam mempelajari emosi, baik berupa mengenal emosi, merasakannya, menanggapi setiap situasi yang me-nyebabkan perubahan emosi serta mengungkapkan emosi. Melalui wadah pendidikan dalam keluarga, anak belajar mengungkapkan emosinya Tafonao, 2019. Dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelim-pahan dituliskan beberapa tugas orang tua untuk mengajar anaknya menuju kehidupan yang saleh di dalam Kristus, yakni anak-anak diajar agar takut akan Tuhan; anak-anak diajar untuk menaati orang tua; anak-anak dilindungi dari berbagai pengaruh ja-hat; anak-anak disadarkan bahwa Allah selalu meli-hat setiap orang yang berbuat baik maupun jahat; anak-anak diajar pula bahwa Allah mengasihi setiap orang Setiati, 2019; Stamps, 1984. Dalam Kitab Ulangan bangsa Israel diingat-kan bahwa mereka sebagai orang tua harus meng-ajarkan kepada anak-anak mereka mengenai siapa-kah Allah Israel. Setiap anak dari bangsa Israel harus mengenal siapa Allah dan bagaimana Ia berkarya dalam kehidupan nenek moyangnya. Pengenalan itu dilakukan melalui pengajaran firman Tuhan yang te-rus menerus. Naiboho menyatakan bahwa mengajar-kan firman Tuhan adalah cara mendidik anak-anak mereka dengan tujuan, meneruskan iman yang dina-mis dan transformasi Naibaho, 2018. Berdasarkan uraian di atas, maka tidaklah berlebihan, jika Allah sangat menghargai mereka orang tua, sehingga setiap anak diperintahkan un-tuk menghormatinya, dan menjadi salah satu dari da-sa titah yang diberikan Allah bagi orang Israel dan sekarang bagi seluruh anak Tuhan di seluruh dunia Prince, Anak Berdasar Alkitab Alkitab menuliskan bahwa anak adalah pem-berian dari Allah bagi suatu keluarga. Sesungguh-nya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah Maz. 1273 LAI, 2014. Sedangkan menurut Ed-win Charis, anak itu ciptaan yang ajaib, ia memi-liki hidup kerohanian dan kejasmanian, dilengkapi de-ngan potensi untuk berkreasi, memiliki akal budi dan kehendak bebas, agar menjadi pribadi seperti yang Hermanto, et al., Sikap Hormat Anak Terhadap Orang Tua Berdasarkan Prinsip Alkitab 83 Allah kehendaki Charis, 2016. Pendapat dari Nggebu, Tuhan Allah memandang anak begitu pen-ting bagi keluarga Kerajaan Allah. Mereka dipan-dang berharga di mata Tuhan. Anak-anak sederajat dengan orang dewasa dalam eksistensi dan kepri-badian. Anak-anak memiliki kebutuhan dasar sama seperti orang dewasa. Allah mengasihi mereka sama seperti Dia mengasihi orang tua mereka. Dan Allah memanggil mereka untuk datang kepada-Nya sama seperti Dia memanggil orang-orang dewasa untuk menyerahkan hidup kepada-Nya Nggebu, 2016. Karena Ia mengasihi anak yang diciptakan-Nya, tentu saja Ia menempatkan anak tersebut dalam suatu keluarga yang di dalamnya bisa terdiri dari ayah, ibu, kakak dan adik, sehingga anak yang me-rupakan ciptaan-Nya mempunyai orang yang me-nyanyangi dan mengurusnya. Oleh sebab itu, se-orang anak haruslah menghormati orang tuanya, se-perti ia menghormati Allah. Karena tidaklah kebe-tulan seorang anak ada dalam satu keluarga, kalau bukan Tuhan yang menetapkannya Frances, 2007. Menghormati Orang Tua Kata hormatilah dalam Keluaran 2012 dan Ulangan 516 merupakan kata kerja. Penulisan da-lam bahasa Ibrani  îš’  îŽî„î…î…î²îš´. Artinya muliakan-lah, hormatilah, tunjukkanlah hormatmu. Sedangkan kata “Hormatilah†dalam Efesus 62, penulisan da-lam bahasa Yunani; îˆîˆ Tima. Artinya menghor-mati, menghargai, memuliakan. Baik dalam Perjan-jian Lama maupun Perjanjian Baru, menghormati ayah ibu bukanlah berdasarkan kesepakatan antara orang tua dan anak tetapi merupakan hukum dari Tuhan yang wajib dilakukan oleh setiap anak Henry, Para teolog setuju kalau seorang anak harus bersikap hormat kepada orang tuanya, sehingga me-reka menuliskan pendapat mereka tentang hormat ke-pada orang tua dari berbagai sudut pandang. Ada teo-log yang mengatakan bahwa hormat pada ayah ibu adalah salah satu sikap yang penting Runturambi, 2019. Paterson menegaskan, jika keempat hukum yang pertama mengenai kewajiban orang Israel ter-hadap Allah, maka hukum kelima dan seterusnya merupakan kewajiban orang Israel terhadap sesama-nya. Yang pertama dari hukum kepada sesama ada-lah perintah untuk hormat pada orang tua sebagai se-sama yang terdekat. Menurutnya tujuan pokok dari hukum ini adalah bukan hanya mengajar anak-anak kecil ataupun anak-anak muda tentang sikap mereka terhadap orang tua mereka, tetapi juga mengajarkan anak-anak dewasa bagaimana bersikap terhadap orang tua mereka yang telah berusia lanjut Peterson, 2006. Tuhan menurunkan hukum kelima dari dasa titah memiliki tujuan, yakni Pertama, agar anak mengenal Allah. Banyak orang mengakui bahwa ada “semacam Allah†atau “semacam kekuatan†di balik alam semesta ini, tetapi mereka sama sekali buta ten-tang bagaimana caranya mengenal Allah. Banyak orang mungkin menyatakan bahwa mereka percaya Allah itu ada, akan tetapi berdasarkan perilaku hidup mereka sehari-hari, Allah yang penuh kasih itu tidak tercermin dalam tingkah laku mereka Ridenour, 2000. Berdasarkan fakta tersebut, agar Allah yang penuh kasih dapat tercermin dalam tingkah laku me-reka, maka dalam kehidupan sehari-hari orang tua harus menjadi gambaran Allah. Seperti yang ditulis oleh Dobson dalam bukunya Masalah Membesarkan Anak. Dia menyatakan bahwa seorang anak akan memiliki kecendrungan memandang orang tuanya sebagai gambaran Allah, apakah orang tua itu meng-hendakinya atau tidak. Contohnya, jika orang tua dalam satu keluarga penuh kasih, maka anak-anak itu akan belajar tentang kasih. Orang tua bertang-gung jawab penuh untuk mencerminkan kasih Allah kepada anak-anaknya. Bapa sorgawi adalah Allah yang penuh kasih dan kasih-Nya itu berlimpah dan tanpa batas. Oleh sebab itu anak-anak harus menge-nal kasih dan kelembutan Allah melalui sikap orang tuaya yang penuh kasih juga Dobson, Kedua, Agar anak memahami maksud Allah. Maksud Allah mengenai hormat kepada orang tua ialah Allah ingin supaya orang memelihara yang ditetapkan-Nya, maka tingkat-tingkat keutamaan yang ditentukan oleh-Nya tidak boleh di ganggu gu- 84 Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 gat. Artinya anak harus menganggap tinggi mereka yang ditempatkan Tuhan yaitu orang tua, bersikap hormat, dan taat kepada mereka Calvin, 2000. Se-hingga tidak boleh ada keraguan bahwa Allah telah menetapkan suatu peraturan yang umum siapapun yang diketahui ditempatkan Tuhan di atas kita yaitu orang tua, harus disegani dan ditaati, dan kepadanya harus berterima kasih, serta kita berikan segala ma-cam pelayanan. Layak atau tidaknya orang tua me-nerima kehormatan, itu tidaklah menjadi soal, sebab bagaimanapun sifat mereka, tempat itu diperolehnya dari Allah. Hal inilah yang menjadi sebab Sang Pemberi Hukum sendiri menghendaki supaya me-reka dihormati Calvin, 2000. Stott mengatakan bahwa penghormatan kepada orang tua merupakan kewajiban manusia kepada Allah. Selama masa ka-nak-kanak orang tualah yang menjadi wakil Allah. Merekalah yang menyatakan kasih-Nya. Dengan de-mikian sikap hormat terhadap orang tua menjadi ba-gian integral dari sikap hormat terhadap Allah Stott, 1986. Selanjutnya Sulistiana menegaskan bahwa penghormatan yang dimaksud mengandung aspek takut dan gentar, bukan takut seperti seorang hamba atau budak kepada tuannya, tetapi takut yang lahir dari kekaguman dan hormat seperti kepada Tuhan. Orang tua berhak atas penghormatan yang demikian Sulistiana, 2018. Ketiga, Kewajiban anak-anak yang paling besar adalah mentaati orang tua mereka Henry, Paulus memberikan alasan mengapa anak-anak wajib menaati orang tuanya, yakni kewajaran secara ala-miah dan firman Tuhan Sulistiana, 2018, p. 74. Pe-rintah bahwa anak-anak wajib menaati orang tua tidak tergantung pada penyataan khusus dari Allah, me-lainkan pada “hukum wajar†yang dituliskan Allah pada hati nurani semua manusia. Hukum itu berlaku pada setiap masyarakat, bukan hanya pada masya-rakat Kristen. Para pemikir moralis Yunani dan Romawi memang mengajarkan juga demikian. Dan menurut para filsuf Stott, bahwa seorang anak wajib mentaati orang tuanya tak usah dipersoalkan, karena menaati orang tua adalah tuntutan akal sehat Stott, 1986. Alasan kedua adalah perkataan firman Tuhan yang berkata, “hai anak-anak taatilah orang tuamu di dalam Tuhanâ€. Perintah ini mengartikan ketaatan anak adalah kewajiban kristiani, sebab yang disebut anak-anak di sini adalah anak-anak yang me-ngenal Tuhan Yesus Kristus. Kristus sebagai Pencipta, pada permulaan menetapkan aturan keluarga dan masyara-kat dan Ia tetap setia pada aturan itu. Ada kesinam-bungan antara tatanan ciptaan lama dan tatanan ciptaan baru dalam Kristus. Lembaga keluarga tidak dihapuskan, selama manusia masih berkeluarga dan memiliki keturunan, anak-anak diminta untuk taat tidak hanya karena hal tersebut adalah komitmen kristiani, akan tetapi didasarkan atas kebenaran firman Allah Stott, 1986. Oleh Sebab itu perlu tindakan praktis yang dapat dilakukan anak sebagai wujud dari menghor-mati orang tua. Pertama, taat. Anak belajar taat ke-pada otoritas di atasnya yang dimulai dari rumah, yaitu orang tuanya. Seperti yang dikatakan Siman-juntak, konselor Keluarga dan Karier Allah sudah menentukan urutan otoritas dalam keluarga walaupun kita tidak suka orang tua adalah pemimpin. Ayah adalah pemimpin atas seluruh keluarga. Anak-anak adalah pengikut orang tua. Kalau anak tidak belajar taat dalam rumah tangga, dia tidak akan taat di sekolah, dan tidak akan taat di tengah-tengah masya-rakat, begitu juga tidak akan taat kepada Tuhan. J. Simanjuntak, 2017. Namun demikian anak harus mentaati orang tua, de-ngan batasan harus sesuai dengan firman Tuhan. Da-lam Kolose 320 menuliskan, “Hai anak-anak, taati-lah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Ayat tersebut memang mengatakan bahwa anak harus taat kepada orang tua ‘dalam segala hal’ Anak-anak harus memahami ayat ini dengan melihat ayat-ayat lain dalam Alkitab, yai-tu pada saat orang tua memberikan perintah yang tidak sesuai dengan firman Tuhan atau dilarang oleh firman Tuhan, atau pun sebaliknya melarang untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan, maka dalam hal itu anak boleh tidak mentaati orang tua Imeldawati, 2019. Dasar Alkitab dari pandangan ini adalah berdasar Kisah Para Rasul 529 dan Matius 1037a yang menyatakan bahwa orang percaya harus Hermanto, et al., Sikap Hormat Anak Terhadap Orang Tua Berdasarkan Prinsip Alkitab 85 lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia dan harus lebih mengasihi Allah lebih dari semua manusia termasuk orang tua. Sedangkan Efesus 61 “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah Istilah “di dalam Tuhan†dalam ayat ini ditambahkan oleh Paulus berhubungan de-ngan Keluaran 2012. Dan dalam kaitan dengan ini, Calvin 2000 memberikan komentar bahwa Paulus tidak hanya mendesak anak-anak untuk mentaati orang tua mereka, tetapi menambahkan batasan bah-wa semua yang dilakukan untuk mentaati orang tua harus ada dalam koridor “di dalam Tuhanâ€. Hal ini menunjukkan bahwa jika seorang ayah memerin-tahkan sesuatu yang tidak benar, ketaatan kepadanya dapat ditiadakan. Budiman, 2019. Sepanda dengan Calvin, Stott menyatakan hal yang sama bahwa anak tidak harus mentaati orang tua mereka dalam segala hal secara mutlak tanpa perkecualian, tetapi dalam segala hal yang sesuai dengan junjunan tertinggi yaitu Tuhan Yesus Kristus. Hal lain yang perlu ditambah-kan bahwa ketaatan anak kepada orang tua dibatasi pula oleh kondisi dari orang tua tersebut. Kalau ayah atau ibu mereka sudah lanjut usia dan pikun, sehingga menyuruh yang tidak semestinya, maka anak diperbo-lehkan tidak harus mentaati perintah mereka tersebut Stott, 1986. Kedua, Anak tidak boleh menghina, mence-la, berkata kasar, mengutuki orang tua bahkan tidak boleh menginginkan sesuatu yang buruk terjadi ter-hadap mereka. Tertulis dalam Keluaran 2117. Dosa mengutuki ayah dan ibu di sini dipertentangkan de-ngan kewajiban untuk menghormati mereka. Orang yang mencela ayah dan ibu mereka, atau yang meng-harapkan sesuatu yang buruk terjadi atas mereka, yang menghina mereka, atau yang melontarkan kata-kata cemooh dan kasar terhadap mereka, melanggar hukum ini. Jika melontarkan kata “kafir†kepada se-sama bisa dikenai hukuman yang begitu berat, apa-lagi jika berbuat demikian terhadap orang tua. Ma-tius 154 “Sebab Allah berfirman Hormatilah ayah-mu dan ibumu; dan lagi Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati†Henry, Ketiga, Memelihara mereka pada saat mere-ka sudah tua atau pun pada saat mereka tidak bisa bekerja. Alkitab penuntun hidup berkelimpahan me-nuliskan; Menghormati ayah dan ibu akan berlanjut terus sampai kematian mereka. Salah satu cara untuk menghormati ayah dan ibu adalah dengan memper-hatikan mereka pada saat-saat mereka memerlukan keuangan atau bila mereka sakit dan tidak mampu merawat diri sendiri. Merupakan kewajiban anak-anak, jika orang tua mereka miskin dan kekurangan, maka anak harus meringankan beban orang tua dan menolongnya sesuai dengan kemampuannya. Jika ti-dak maka anak tersebut sudah berdosa dan melang-gar perintah Tuhan. Jika mengutuki orang tua saja sudah patut dihukum mati, apalagi kalau sampai membuat orang tua mereka mati karena kelaparan LAI, 2014. Janji Berkat bagi Yang Menghormati Orang Tua Tuhan berjanji akan memberikan berkat pan-jang umur dan baik keadaan kepada anak yang meng-hormati orang tuanya. Dalam Alkitab, ditulis dalam Keluaran 2012 “Hormatilah ayahmu dan ibumu, su-paya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, Ulangan 516 “Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepa-damu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umur-mu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, Dan Efesus 62-3 “Hormatilah ayahmu dan ibumu†adalah suatu pe-rintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini “supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di Keluaran 2012 dan Ulangan 515 kata pan-jang dalam bahasa Ibrani  îšîŠ îŠîЏîŠîŠ îŠ”îŠ© îœî„î•îŒîƒ‚î, mem-punyai arti; lanjut, lama, hidup lebih lama, panjang, menjadi panjang, sedangkan umur ditulis  îŠîŠ•îŠ© yoma mempunyai arti; hari-hari, umur, hari-hari umurmu, waktu, tahun umurmu. Sehingga kata panjang umur dalam Alkitab Terjemahan Baru mempunyai arti dalam bahasa aslinya yaitu tahun umurmu menjadi panjang. Sedangkan kata tanah dalam bahasa Ibrani ditulis îŠîŠ îŠ•îŠ¤î€ƒîŠ¤ îš‚îŠ•îŠ îŠ•îŠ£ î‹î†—îî‹, artinya tanah, bumi, negeri. Dan kata berikan dalam bahasa Ibrani ditulis 86 Volume 5, Nomor 1, Januari 2021  îš’   îî²î, artinya; berikan, serahkan, karuniakan. Kata “baik†dalam Ulangan 516 ditulis dalam bahasa Ibrani   îš îŠîŠ© îœî¶îƒ‚î„, artinya baik, sangat baik, dipan-dang baik, berbahagia, mendatangkan keberuntung-an. Dengan demikian arti dari kedua ayat ini adalah; Hormatilah ayah dan ibumu supaya tahun umurmu menjadi panjang, supaya kebahagiaan dan segala yang mendatangkan keberuntungan akan dikarunia-kan TUHAN Allahmu kepadamu. Berdasarkan ketiga ayat tersebut Tuhan akan memberikan kepada anak yang menghormati orang tuanya dengan panjang umur, baik keadaan, keba-hagian dan segala yang mendatangkan keberuntung-an. Mattew Henry mengatakan; janji menghormati orang tua adalah, supaya kamu berbahagia, dan pan-jang umur di bumi. Kemakmuran lahiriah dan umur panjang adalah berkat-berkat yang dijanjikan kepada orang-orang yang mentaati perintah ini. Anak-anak yang patuh sering kali dibalas dengan kemakmuran lahiriah. Memang tidak selalu demikian, ada juga anak-anak seperti itu yang mengalami banyak pen-deritaan dalam hidup ini. Tetapi ketaatan biasanya diberi balasan demikian, dan, jika tidak, digantikan dengan sesuatu yang lebih baik Henry, KESIMPULAN Menghormati orang tua adalah sebuah sikap yang menunjukkan rasa hormat, yang wajib dilaku-kan seorang anak terhadap orang tua. Sikap tersebut bukan berdasarkan kesepakatan antara orang tua dan anak tetapi hukum Tuhan yang wajib dilakukan se-tiap anak. Allah mempunyai tujuan dengan hukum tersebut yaitu, agar anak mengenal Allah melalui te-ladan hidup orang tua, dan memahami maksud Allah dengan memelihara apa yang telah di tetapkan-Nya. Sedangkan tindakan praktis yang dapat dila-kukan anak sebagai wujud dari hormat kepada orang tua adalah Pertama, taat atau patuh. Hal ini dibatasi oleh keadaan orang tua yang tidak mengalami sakit kejiwaan atau kepikunan dan perintah mereka tidak melanggar hukum Tuhan. Kedua, tidak menghina, mencela, berkata kasar atau mengutuki orang tua. Ketiga, dengan cara merawat, memelihara dan mem-biayai hidup orang tua pada saat mereka sudah lanjut usia. Janji Tuhan kepada mereka yang menghormati orang tua adalah panjang umur, kebahagiaan dan me-miliki keadaan baik berupa kemakmuran lahiriah dan rohani. DAFTAR RUJUKAN Basuki, Y. E. 2014. Pertumbuhan Iman Yang Sempurna. Yogyakarta Garudhawacha Online Book. Budiman, K. S. 2019. Calvin dan Lima Pilar Institusi Sosial. Jurnal Teologi Dan Pelayanan Veritas 10/02., 10Lima pilaar institusi sosial. Calvin, Y. 2000. Institutio. Jakarta BPK Gunung Mulia. Charis, E. 2016. Smart Parenting. Yogyakarta Andi Offset. Collier, R. 2018. Rahasia Sukses Sepanjang Zaman. Tangerang Selatan Gemilang. Dobson, J. Masalah Membesarkan Anak. Eliman. 2017. Model Bimbingan Dalam Pendidikan agama Kristen Terhadap Pembentukan Moral Anak Didik Usia 6-8 Tahun. Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani, 1 no. 2. Frances, B. 2007. Inti Alkitab Untuk Para Pemula. Jakarta BPK Gunung Mulia. Henry, M. Bible commentary. Alkitab Sabda. Imeldawati, T. 2019. Makna Kata Taat dan Hormat dalam Efesus 61-3. KERUGMA Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 12, 152–169. LAI. 2014. Alkitab Penuntun Kehidupan. Malang. Leks, S. 2012. Tafsir Injil Matius. Yogyakarta Kanisius. Mary, E. 2020. Implikasi Ulangan 516 Dalam Pendidikan Keluarga. Didaché Journal of Christian Education, Vol. 1, N, 14 1-1 5 2. Hermanto, et al., Sikap Hormat Anak Terhadap Orang Tua Berdasarkan Prinsip Alkitab 87 Naibaho, D. 2018. Cara Orang tua Kristen Dalam Mendidik Anak. Jurnal Christian Humaniora, 2 no. 2. Nggebu, S. 2016. Desain Allah bagi Anak dan Remaja. Bandung Biji Sesawi. Peterson, R. M. 2006. Kitab Keluaran. Jakarta BPK Gunung Mulia. Prince, D. Suami dan Ayah. Indonesia Derek Prince Ministries Indonesia. Putri, A. S. 2017. Dukungan Keluarga Terhadap Jemaat Lansia yang Melayani. EPIGRAPHE Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani, 1 No. 2. Ridenour, F. 2000. Dapatkah Alkitab Dipercaya. Jakarta BPK Gunung Mulia. Runturambi, R. 2019. Aspek Teologis dan Aplikatif Dasa Titah. Jurnal Teologi Berita Hidup, 1 No. 2. Setiati, D. R. 2019. Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Sikap Sosial Dan Kemandirian Anak. Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 5 No. 1. Simanjuntak, F. 2019. Diktat Etika kerja, bisnis dan kekayaan. Bandung Sekolah Tinggi Teologi Kharisma Bandung. Simanjuntak, J. 2017. Mendidik Anak Utuh, Menuai Keluarga Tangguh. Tangerang Yayasan Pelikan. Stamps, D. C. 1984. Catatan Penelitian dan Artikel Alkitab. In Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang Gandum Mas. Stott, J. R. W. 1986. The Message of Ephesians. England God’s New Society. Sulistiana, R. 2018. Kajian Hubungan Orang Tua dengan Anak Berdasarkan Efesus 61-4 di Gereja Gekisia Medan. Providensi Jurnal Pendidikan Dan Teologi, 1 No. 1. Tafonao, E. T. T. 2019. Pendidikan Anak dalam Keluarga Berdasarkan Kolose 321. Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 5 No. 1. Wardani, F. L. R., & Uyun, Z. 2017. “Ngajeni Wong Liyoâ€â€¯; Menghormati Orang yang Lebih Tua pada Remaja Etnis Jawa. Indigenous Jurnal Ilmiah Psikologi. ... It is emphasized that God desires for every child in Christian homes to have an education and be shaped in divine characteristics in accordance with Biblical principles Diana, 2019 in order to bring all of God's promises-including longevity, spiritual and material blessings, and the ability to "become the head and not the tail"-to fruition in the lives of children of the faithful Hermanto et al., 2021. God has given parents the duty of educating their children in order to fulfill these promises Prv. ...Kresbinol LabobarChristian families are the primary institution in forming children's character into one that reflects Christlikeness. Instructing, educating, and guiding their children to become God-fearing individuals is a crucial responsibility that parents should take very seriously. This makes it necessary for them to take on a variety of roles in their children's character education, including 1 religious teacher, teaching their kids the fundamentals of Christianity to help them develop spiritual intelligence, 2 religious educator, educating kids faith-based applications to help them develop good personalities, and 3 religious role model, influencing their kids' lives. Children's character development leads to four outcomes 1 a life filled with Christlike qualities that serve as a benchmark for their Christian faith; 2 a life guided by the Holy Spirit, who transforms children's lives; 3 an exemplary Christian life as a result of maturity, and 4 a life that bears the fruit of the WatyTjutjun Setiawan Yanto Paulus HermantoAdolescents 12-15 are an age group that is vulnerable to negative influences. In the process of searching for their identity, they are often carried away by a misleading spirit. This negative influence can be obtained from association with friends, the environment and also from social media where the technology of the digital era greatly affects many people, especially in this 12-15 year age group. Technological advances that should be useful can actually plunge this age group into the problem of pornography which if not handled properly will become an addiction and lead to moral degradation. This study examines the moral degradation experienced by adolescents aged 12-15 years which is the influence of social media in this age group exposed to pornographic content. The purpose of this research is how to overcome this problem so that it can be useful for parents, educators and church leaders. This study used a qualitative method with a literature study and used a survey instrument for adolescents aged 12-15 years. And the conclusion obtained is that the role of parents must be further intensified, such as education on the use of social media, education about sex, spiritual development. And also the support of educators, both formal at school and non-formal at church Keywords Educators, Internet, Moral Degradation, Parents, Youth Remaja usia 12-15 merupakan kelompok usia yang rentan terhadap pengaruh negatif. Dalam proses pencarian identitas diri yang mereka lakukan seringkali terbawa arus yang menyesatkan. Pengaruh negatif tersebut bisa didapat dari pergaulan dengan teman- temannya, lingkungan dan juga dari media sosial di mana teknologi era digital ini sangat mempengaruhi banyak orang, terlebih pada kelompok usia 12-15 tahun ini. Kemajuan teknologi yang semestinya membawa manfaat malah dapat menjerumuskan kelompok usia ini ke dalam masalah pornografi yang jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi adiksi dan membawa ke arah degradasi moral. Penelitian ini mengkaji tentang degradasi moral yang dialami oleh kalangan remaja usia 12-15 tahun yang diakibatkan pengaruh media sosial di mana kelompok usia ini terpapar konten pornografi. Adapun tujuan penelitian ini adalah bagaimana cara mengatasi hal tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi kalangan orang tua, pendidik dan pemimpin gereja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi pustaka dan menggunakan instrumen survei terhadap remaja usia 12-15 tahun. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa peran orang tua harus lebih diintensifkan lagi seperti edukasi pemakaian media sosial, edukasi tentang seks, pembinaan rohani. Juga dukungan para pendidik, baik yang formal di sekolah maupun non-formal di gereja. Kata Kunci Degradasi Moral, Media Sosial, Orangtua, Remaja, Tenaga PendidikEugene Zen Yanto Paulus HermantoKeteladanan iman dari orang tua sangatlah berdampak bagi keteguhan iman anak ketika mereka dewasa. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini untuk menolong para orang tua bisa mengimplementasikan keteladanan imannya secara efektif. Untuk itu, maka peneliti meneliti keteladanan tokoh Ayub dan Yusuf dalam memberi teladan imannya saat mereka dalam kondisi terpuruk. Sehingga keteladan mereka bisa dijadikan acuan bagi para orang tua Kristen khususnya. Selain keteladanan iman tokoh-tokoh Alkitab, maka penulis pun meneliti psikologi perkembangan anak. Hal ini dimaksukan untuk menolong para orang tua agar bisa memberikan keteladan imannya sesuai dengan perkembangan anak mereka sehingga keteladanannya menjadi efektif dan berdampak signifikan. Penelitian ini pun memberi pengetahuan bagaimana orang tua mengimplementasikan keteladanannya tersebut secara holistik berdasarkan pengetahuan Alkitab dan juga psikologi perkembangan anak. Sehingga diketahui cara-cara yang tepat bagi orang tua dalam memberi keteladanan iman kepada kunci anak; iman; keteladanan; orang tuaDorlan NabahoTujuan penulisan artikel ini adalah untuk menentukan pola yang tepat bagi orangtua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga. Dalam pembinaan iman terhadap anak, orang tua bertanggung jawab penuh tidak hanya kepada anak tetapi juga kepada Allah. Seiring dengan pesatnya perkembangan tehknologi saat ini, banyak orangtua mendidik anak dengan cara otoriter yaitu dengan memaksa anak melakukan sesuai keinginan orangtua. Sebaiknya hal ini hendaklah dimengerti terlebih dahulu oleh setiap orang tua, sehingga di dalam mendidik, mengasuh dan membimbing dapat dilakukannya dengan pengertian yang baik dan benar sehingga tidak terjadinya kekerasan atau penindasan, pemaksaan kepada anak di dalam melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan tuntutan orang tua. orang tua hanyalah mendidik dan membimbing anak untuk bisa memiliki pengetahuan secara baik dan bertanggung jawab sebagai bekal bagi anak di kemudian hari, serta tugas mengawasi anak dalam perkembangannya sampai kelak ia dewasa dan mampu berdiri di atas kemandiriannya sendiri secara baik dan bertanggung yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan. Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau Ul. 66-7.Kata kunci orangtua, mendidik,anakEirene MaryGod is the God who wants to reveal Himself to humans. God also revealed what He wanted humans to do in the 10 Commanments. The law provides for the things that humans must do in relation to God and with others. The first law in human relations is the law concerning parents and children. Children must respect their parents. In fact, there are many events that show the fading of the values of respecting parents. This paper tries to reexamine the fifth law regarding respect for parents by analyzing Deuteronomy 516. The analysis is done by looking for the meaning of the word "honor" and synthesizing several interpretations of the meaning of honoring this analysis it was found that through parents, a child is born into the world. Parents are God's representatives. The relationship between parent and child is the highest relationship in human relations. God gives orders for children to respect their parents. Respecting parents can be done in the form of submitting to parents, obeying parents and caring for parents in their old age. This has implications in the process of family education where parents are responsible for educating their children, children must be taught about things that God has done and submit to authority. AbstrakAllah adalah Allah yang mau menyatakan diri-Nya kepada manusia. Allah juga menyatakan apa yang dikehendaki-Nya untuk dilakukan oleh manusia dalam hukum Taurat. Hukum Taurat memberikan hal-hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan Allah dan dengan sesama. Hukum pertama dalam hubungan dengan manusia adalah hukum tentang orang tua dan anak. Anak harus menghormati orang tuanya. Kenyataan yang terjadi saat ini, banyak kejadian yang menunjukkan lunturnya nilai-nilai menghormati orang tua. Tulisan ini mencoba meneliti kembali hukum Taurat yang kelima mengenai menghormati orang tua dengan menganalisis Ulangan 516. Analisis yang dilakukan adalah dengan mencari makna kata “hormat†dan mensintesakan beberapa penafsiran mengenai makna menghormati orang tua. Dari analisis tersebut ditemukan bahwa melalui orang tua, seorang anak dilahirkan ke dalam dunia. Orang tua adalah wakil Allah. Hubungan orang tua dan anak adalah hubungan yang tertinggi dalam hubungan antar manusia. Allah memberikan perintah agar anak menghormati orang tua. Menghormati orang tua dapat dilakukan dalam bentuk tunduk kepada orang tua, taat kepada orang tua dan memelihara orang tua pada masa tuanya. Hal ini berimplikasi dalam proses pendidikan keluarga dimana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya, anak-anak harus diajarkan tentang hal-hal yang sudah dilakukan Allah dan tunduk pada Solomon RunturambiBelievers today are eager to explore the Bible, especially the New Testament, because they believed that the Old Testament is no longer valid in the lives of believers. The discussion in this paper examines the importance of the Decalogue and its application to believers in the present. The Ten Commandments are the culmination climax of all the books, centers and themes of the extraordinary book that ever existed. The Ten Commandments are the basis of all Bible themes. The Ten Commandments are the highest foundation of God's law. Many verses in the Bible Old and New Testaments are citation extensions of the Ten Commandments. God's command is a measure that enables us to know whether we are on the path that is in accordance with His desires or we are deviating. As John warned in 1 John 3 4 "Everyone who sins, also violates God's law, because sin is a violation of God's law." From the discussion it is known that the Ten Commandments of God are good news delivered to Israel and also to the Christian nowadays. The Ten Commandments are the good news that God has given us to do. What is meant by the good news is that the Ten Commandments, most of which are in the form of prohibitions or negative things, but behind that all God has good intentions, which are only shown to us believers percaya pada masa kini cukup bersemangat mendalami Alkitab, dan pada umumnya yang dipelajari adalah Perjanjian Baru, karena berpandangan bahwa Perjanjian Lama tidak lagi berlaku dalam kehidupan orang percaya. Pembahasan dalam tulisan ini mengupas pentingnya Dasa Titah dan aplikasinya bagi orang percaya pada masa kini. Sepuluh Perintah merupakan puncak klimaks dari seluruh kitab, pusat dan tema kitab yang sangat luar biasa yang pernah ada dan merupakan hasil dari yang kemudian dan tambahan-tambahannya. Sepuluh Perintah adalah merupakan dasar dari seluruh tema Alkitab. Sepuluh Perintah adalah dasar hukum Allah yang tertinggi. Banyak ayat-ayat dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Baru merupakan perluasan kutipan dari Sepuluh Perintah. Perintah Allah adalah merupakan suatu ukuran yang memampukan kita untuk mengetahui apakah kita berada di jalan yang sesuai dengan keinginan-Nya atau kita sedang menyimpang. Sebagaimana yang diperingatkan oleh Yohanes di dalam 1 Yohanes 34 †Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Dari pembahasan diketahui bahwa sepuluh perintah Allah adalah merupakan kabar baik yang disampaikan bagi Israel dan juga bagi orang percaya. Sepuluh Perintah Allah merupakan kabar baik yang Allah telah berikan kepada kita untuk dilaksanakan. Yang dimaksudkan dengan kabar baik adalah bahwa Sepuluh Perintah, yang sebagian besar di dalam setiap perintahnya berupa larangan atau hal yang negatif namun dibalik itu semua Allah mempunyai maksud yang baik, yang hanya ditujukkan bagi kita orang percaya pada masa S. BudimanLima pilar institusi sosial yang dimaksud adalah keluarga, gereja, pemerintah, ekonomi, dan pendidikan. Kelima pilar ini bukan kategori yang baku. Kelima pilar institusi sosial tersebut adalah metode pendekatan yang penulis pakai untuk membaca pemikiran John Calvin. Melalui metode tersebut, penulis bermaksud untuk menarik prinsip-prinsip etika sosial dari tulisan-tulisan Calvin. Dengan kata lain, ia sendiri tidak pernah membakukan kelima hal ini sebagai “pilar-pilar kehidupan Namun hal itu tidak berarti bahwa ia sama sekali tidak berbicara tentang sektor-sektor kehidupan sosial. Sebaliknya, penulis mendapati aplikasi sosial yang sangat luas dari teologi theocentric berpusat pada kedaulatan Allah yang ia pegang dengan setia. Untuk menggarisbawahi keunikan teologi sosial yang Calvin pegang, penulis akan membandingkan pemikiran Calvin dengan kecenderungan-kecenderungan sekular dari budaya pada zaman sekarang. Tentu saja dalam wadah yang terbatas ini, penulis tidak memiliki ruang yang cukup untuk memaparkan secara rinci seluruh aspek teologis dan moral yang terkandung dalam masing-masing institusi sosial yang akan dibicarakan. Penulis akan selektif dan memfokuskan pembahasan pada aspek “otoritas†yang lahir dari teologi theocentric dalam Soewitomo PutriThis research purposed to show the category level of family supported to the aged people in church ministry at Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton, Surakarta, year 2016. Hypotheses of this research is a category level of family’s support to the aged people in church ministry is at Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton, Surakarta, year 2016 is moderate. Analysis of correlation showed that family supported had a correlation level to the involvement of aged people in ministry is at which means moderate. Though the hypotheses was tried and true, there were some recommendations to increase family supported to the aged people in ministry, like making a seminar about family, special sermon’s theme about family or special retreat for aged peopleEliman ElimanThe child needs to be educated to be guided for moral value. If child doesn’t get education and guidance for the proper moral value, the kid will not be able to be controlled immoral and got worst and the kid can be a criminal and community destroyer. The guidance for the kid’s moral value is an aspect which need to be considered seriously and can’t be abandoned. The improvement of the kid’s moral value need to be known not only those which explain by the expert but also those which stated in bible about the improvement of kid’s moral value so the teacher and parents can guide the kid in the correct moral value. 6 to 8 years old kid is elemantary level kid, the age that can receive other people otority beside the parents and obey the rules. 6 to 8 years old is the period of improvement or the process of maturity , with the education and guidance to the kid will be easy to be absorb and receive by the article aimed to describe the education of children in the family based on Colossians 321. This study used a sociological criticism approach by conducting a study of the text of Colossians 321 to analyze the Bible's view of children's education in the family. The conclusion of this textual study is educating children without violence. Paul reminded fathers in educating children to prioritize love as the basis for education in the family. The love of a father will be reflected in the lives of every child through communication and imprinted in an attitude of obedience and respect for parents. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendreskripsikan pendidikan anak dalam keluarga berdasarkan Kolose 321. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kritik sosiologis dengan melakukan kajian terhadap teks Kolose 321untuk meng-analisis pandangan Alkitab tentang pendidikan anak dalam keluarga. Kesimpulan dalam kajian terhadap teks tersebut adalah mendidik anak tanpa adanya kekerasan. Paulus mengingatkan para ayah dalam mendidik anak-anak lebih mengutamakan kasih sayang sebagai dasar pendidikan dalam keluarga. Kasih sayang seorang ayah akan tercermin dalam kehidupan setiap anak melalui komunikasi dan terpatri dalam sikap taat dan menghormati orang tua. I. Pendahuluan Keluarga adalah salah satu kumpulan orang-orang yang hidup bersama yang memiliki hubungan darah atau ikatan perkawinan, seperti ayah, ibu dan anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam keluarga memiliki ikatan yang sangat kuat, bahkan disebut sebagai kerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. 1 Lembaga keluarga memiliki fungsi pokok utama yakni memenuhi kebutuhan biologis, emosional, sosial ekonomi dan pendidikan. Dari sekian fungsi tersebut, fokus kajian ini adalah pada bagian pendidikan. Sejatinya, pendidikan dimulai dari dalam keluarga karena tidak ada orang yang tidak dilahirkan dalam keluarga. Jauh sebelum ada 1Reni SulistianaTime by time, the relationship between parents and children changes, namely family dysfunction. The responsibilities of both parents and children do not work properly. The researcher aims to know how the parent and child relationship according to the Bible is based on Ephesians 6 1-4. Data collection using questionnaires. This research is survey research is eskriptif. The results showed that the congregation had a good knowledge of the responsibilities of parents 70% and those with fairly good knowledge 30%. There are also children who have responsibilities 60% and have good knowledge 40%. Therefore, to improve the quality of the relationship between parent and child, then the servants of God and the minister of GEKISIA Medan need to increase the quantity of activities such as family retreats, workshops, as well as through the teachings held in Family PA. In addition, the citizens of the congregation to be more diligent to worship and follow the teachings that are held in the Iman Yang SempurnaY E BasukiBasuki, Y. E. 2014. Pertumbuhan Iman Yang Sempurna. Yogyakarta Garudhawacha Online Book. Caradan Contoh Sikap Menghormati Orang Tua. 1. Berbahasa Sopan. sikap menghormati pertama adalah menggunakan bahasa yang sopan jika sedang berbicara kepada orang tua. Dalam hal ini ketika kamu berbahasa maka kamu perlu mengetahui situasi dan kondisi bahasa yang digunakan. Cara Menghormati Orang Tua Menurut Islam, Foto Unsplash/Nienke BurgersDalam Islam, orang tua memiliki kemuliaan yang tinggi dan istimewa. Maka, penting bagi seorang anak untuk mengetahui cara menghormati orang tua menurut tua turut berperan dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun emosional. Menghormati orang tua bukan hanya kewajiban moral, melainkan juga termasuk bentuk ibadah kepada Allah Pentingnya Menghormati Orang TuaMenghormati orang tua termasuk perbuatan yang dijunjung tinggi di dalam Islam. Allah SWT dengan tegas memerintahkan agar umat Muslim menghormati dan memuliakan orang tersebut seperti tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Israa’ 1723 yang menjelaskan tentang perintah memuliakan dan berbuat baik kepada orang SWT menyukai umat-Nya yang menghormati orang tua. Bahkan, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa menghormati orang tua termasuk salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah Menghormati Orang Tua Menurut IslamMengutip dari situs resmi terdapat beberapa cara menghormati orang tua menurut Islam yang dapat dilakukan seorang anak, di antaranya 1. Mendengarkan dengan Penuh PerhatianSaat orang tua berbicara, seorang anak sebaiknya memberikan perhatian penuh saat mendengarkan. Jangan terburu-buru atau terganggu dengan hal-hal lain saat berkomunikasi dengan orang dengan penuh perhatian juga termasuk bentuk menghargai komunikasi antara anak dan orang tua. Dengan begitu, orang tua akan bersedia menerima tanggapan dari anak dengan Memberikan BantuanHubungan antara orang tua dan anak tidak akan pernah ada ujungnya. Maka dari itu, keduanya perlu saling pula seorang anak dapat mewujudkan sikap hormatnya kepada orang tua dengan cara memberikan bantuan. Saat orang tua dalam kesulitan, anak dapat menawarkan bantuan secara ini dapat meningkatkan rasa kasih sayang antara anak dan orang tua. Tidak hanya itu, orang tua pun akan merasa bersyukur menerima bantuan dari Menghindari Kata-kata KasarAllah SWT telah memerintahkan untuk tidak berbuat buruk kepada orang tua, bahkan dengan mengucap perkataan “ah” orang tua dapat dilakukan dengan menghindari perkataan kasar atau menghina. Pastikan juga untuk tidak membentak atau mengangkat suara saat berbicara dengan orang Menghargai WaktuCara menghormati orang tua menurut Islam ini dapat dilakukan dengan meluangkan waktu untuk berkumpul bersama. Jadwalkan waktu untuk mendengarkan ceritanya atau melakukan kegiatan yang disukai orang dengan orang tua ini akan menjadi momen yang berarti. Utamanya, saat orang tua sudah memasuki usia Mendoakan Kebaikan untuk Orang TuaSalah satu amalan jariyah yang tidak akan terputus amalnya adalah doa anak saleh kepada orang tuanya. Maka, penting bagi anak untuk mendoakan kebaikan bagi orang ini juga merupakan bentuk syukur atas kebaikan orang tua yang sudah melahirkan, merawat, membesarkan, dan mendidik anak sampai tumbuh Memohon Maaf kepada Orang TuaTidak ada manusia yang luput dari slaah atau dosa, termasuk juga seorang anak kepada orang tua. Tidak ada salahnya jika seorang anak dengan legowo memohon maaf kepada orang tua saat memiliki ini menunjukkan bentuk hormat seorang anak kepada orang tua yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih Mengikuti Nasihat dan Petunjuk Orang TuaOrang tua memiliki pengalaman hidup yang berharga, akan banyak nasihat dan petunjuk darinya. Maka, anak perlu mengikuti setiap nasihat dan petunjuk meremehkan atau mengabaikan nasihat, karena orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Mengikuti nasihat adalah cara yang baik untuk menunjukkan penghargaan dan yang perlu ditekankan adalah memastikan bahwa nasihat dan petunjuk yang diberikan orang tua tidak melanggar syariat 7 cara menghormati orang tua menurut Islam yang dapat dilakukan seorang anak. Dengan menerapkan cara tersebut diharapkan dapat terjalin hubungan yang harmonis, mendapat berkah, serta kebahagiaan dunia dan akhirat.aww Salahmetode saat mengajarkan anak akan pentingnya rasa saling menghormati, akan mempengaruhi pribadinya kelak. Anak Anda dapat menjadi pribadi yang tidak santun, tidak berbakti dan tidak menghormati Anda sebagai orang tuanya. Pertama seorang anak berkewajiban menaati perintah orang- ԵՒпр удр σաξуፗидኅል
- Еጇեцէፖ гамоջոктиг ኗէвсխτамο